MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN KEGUNAAN FILSAFAT PENDIDIKAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Dunia pendidikan islam di Indonesia khususnya,dan dunia islam pada umumnya masih dihadapkan pada berbagai persoalan mulai dari soal rumusan tujuan pendidikan yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat,sampai kepada persoalan guru metode,kurikulum dan sebagainya. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut masih terus dilakukan dengan berbagai upaya. Penataran guru, pelatiahn tenaga pengelola pendidikan dan lain sebagainya harus dilakukan,namun masalah pendidikan terus bermunculan.
      Upaya untuk memperbaiki kondisi kependidikan yang demikian itu tampaknya perlu dilacak pada akar permasalahannya yang bertumpu pada pemikiran filosofis. Filsafat pendidikan islam secara umum akan mengkaji berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan,mulai dari visi misi,dan tujuan pendidikan,dasar-dasar dan asas-asas pendidikan islam,konsep manusia,guru,anak didik,kurikulum,dan metode sampai dengan evaluasi dalam pendidikan secara filosofis. Dengan kata lain, ilmu ini akan mencoba mempergunakan jasa pemikiran. Kenyataan menunjukan adanya kiblat-kiblat pendidikan islam yang belum jelas.
 Pendidikan islam masih belum menemukan format dan bentuknya yang khas sesuai dengan agama islam hal ini selain karena banyaknya konsep pendidikan yang ditawarkan para ahli yang belum jelas keislamannya,juga karena belum banyak pakar pendidikan islam yang merancang pendidikan islam secara seksama.
Dengan demikian dalam makalah ini akan dibahas lebih rinci tentang pengertian,ruang lingkup dan kegunaan filsafat pendidikan Islam.
1.2  Rumusan masalah
  1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat, pendidikan dan Islam?
  2.  Apakah yang dimaksud dengan filsafat pendidikan islam?
  3. Apakah ruang lingkup filsafat pendidikan islam?
  4. Apakah kegunaan filsafat pendidikan islam?
  5. Bagaimana metode pengembangan filsafat pendidikan islam?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat,Pendidikan dan Islam
Filsafat Pendidikan Islam mengandung 3 (tiga) komponen kata, yaitu filsafat, pendidikan dan Islam. Untuk memahami pengertian Filsafat Pendidikan Islam akan lebih baik jika dimulai dari memahami makna masing-masing komponen kata untuk selanjutnya secara menyeluruh dari keterpaduan ketiga kata tadi dengan kerangka pikir sebagai berikut: Filsafat menurut Sutan Zanti Arbi (1988) berasal dari kata benda Yunani Kuno philosophia yang secara harpiah bermakna “kecintaan akan kearifan”.makna kearifan melebihi pengetahuan, karena kearifan mengharuskan adanya pengetahuan dan dalam kearifan terdapat ketajaman dan kedalaman. Sedangkan John S. Brubacher (1962) berpendapat filsafat dari kata Yunani filos dan sofia yang berarti “cinta kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan”. (Syar’I,2005)
Secara istilah, filsafat mengandung banyak pengertian sesuai sudut pandang para ahli bersangkutan, diantaranya:
a.       Mohammad Noor Syam (1986) merumuskan pengertian filsafat sebagai aktifitas berfikir murni atau kegiatan akal manusia dalam usaha mengerti secara mendalam segala sesuatu.
b.      Menurut Hasbullah Bakry (dalam Prasetya, 1997) filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mengetahui pengetahuan itu. (Syar’I,2005)
c.       Harun Nasution (1973), menyatakan bahwa inti sari dari filsafat itu sendiri adalah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai kedasar-dasarnya.
d.      Menurut Jujun S Suriasumantri (1982), berpikir filsafat merupakan berpikir yang mendasar, menyeluruh, dan spekulatif.
Kajian dan telaah filsafat memang sangat luas, karena itu filsafat merupakan sumber pengetahuan. Namun paling tidak, ada 2 hal pokok yang dapat kita mengerti dari istilah filsafat, yaitu : Pertama, aktivitas berfikir manusia secara menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap sesuatau baik mengenai ketuhanan, alam semesta maupun manusia itu sendiri guna menemukan jawaban hakikat sesuatu itu. Kedua, ilmu pengetahuan yang mengkaji, menelaah atau menyelidiki hakikat sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan, manusia dan alam semesta secara menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam rangka memperoleh jawaban tentang hakikat sesuatu itu yang akhirnya temuan itu menjadi pengetahuan. (Syar’I,2005)
Pendidikan adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk mendewasakan peserta didik agar menjadi manusia mandiri dan bertanggung jawab baik terhadap dirinya maupun segala sesuatu di luar dirinya, orang lain, hewan dan sebagainya. Ikhtiar mendewasakan mengandung makna sangat luas, transfer pengetahuan dan keterampilan, bimbingan dan arahan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan pembinaan kepribadian, sikap moral dan sebagainya. Demikian pula peserta didik, tidak hanya diartikan manusia muda yang sedang tumbuh dan berkembang secara biologis dan psikologis tetapi manusia dewasa yang sedang mempelajari pengetahuan dan keterampilan tertentu guna memperkaya kemampuan, pengetahuan dan keterampilan dirinya juga dikualifikasikan sebagai peserta didik.
Menurut Hadari Nawawi (1988), menyatakan bahwa pendidikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar sekolah. Dengan reaksi yang berbeda, Hasan Langgulung (1986) mengartikan pendidikan sebagai usaha untuk mengubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam suatu masyarakat Islam.  Menurut Harun Nasution (1979) adalah segala agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam adalah agama yang seluruh ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis dalam rangka mengatur dan menuntun kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan dengan alam semesta. (Syar’I,2005)
Islam akan dilihat dari dua sudut pengertian. Pertama dari makna kata (etimologi). Kedua dari kata islam sebagai agama Allah (din Allah). Melalui kedua pendekatan ini diharapkan akan lebih mempermudah pemahaman terhadap hubungan antara islam sebagai agama, sebagai system nilai, dan juga sebagai pandangan hidup.
Secara etimologis, Islam memiliki sejumlah derivasi (kata turunan), antara lain: (Jalaludin,2011)
  1. Aslama, yang berarti menyerahkan diri, taat, tunduk, dan patuh sepenuhnya.
  2. Salima,berarti selamat, sejahtera, sentosa, bersih dan bebas dari cacat atau cela.
  3. Salam, berarti damai, aman,dan tentram.
  4. Sullam, yang artinya tangga (alat bantu untuk naik ke atas).
Berdasarkan pengertian etimologi ini, maka secara garis besarnya Islam mengandung makna penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah yang dibuktikan dengan sikap taat, tunduk, dan patuh terhadap ketentuannya, guna terwujudnya suatu yang selamat, sejahtera, sentosa, bersih dan bebas dari cacat atau cela dalam kondisi damai, aman, dan tentram, serta berkualitas.
2.2 Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
            Menurut Arifin (1992), Filsafat Pendidikan Islam pada hakekatnya adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumberkan ajaran Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam, serta mengapa manusia harus dibina menjadi hamba Allah swt. yang berkepribadian demikian. Sarana dan upaya apa sajakah yang dapat mengantarkan pencapaian cita-cita demikian, dan sebagainya.
            Menurut Zuhairini, dkk (1955), Filsafat Pendidikan Islam adalah studi tentang pandangan filosofis dan sistem dan aliran filsafat dalam islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat islam. Selain itu Filsafat Pendidikan Islam mereka artikan pula sebagai penggunaan dan penerapan metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat islam yang selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam. (Maulana,2013)
            Sementara itu, Hasan Langgulung (1992), mengemukakan bahwa Filsafat Pendidikan Islam adalah sejumlah prinsif kepercayaan dan premis yang diambil dari ajaran Islam atau sesuai dengan semangatnya dan mempunyai kepentingan terapan dan bimbingan dalam usaha pendidikan.
            Ahmad D. Marimba (1989), Filsafat Pendidikan Islam adalah perenungan-perenungan mengenai apa sesungguhnya Pendidikan Islam itu dan bagaimana usaha-usaha pendidikan dilaksanakan agar berhasil sesuai dengan hukum-hukum Islam.
            Sedangkan Abuddin Nata (1997) mendefinisikan Filsafat Pendidikan Islam sebagai suatu kajian filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadis sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli khususnya filosof muslim sebagai sumber sekunder. Selain itu, Filsafat Pendidikan Islam dikatakan Abuddin Nata suatu upaya menggunakan jasa filosofis, yakni berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal tentang masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia (anak didik), guru, kurikulum, metode dan lingkungan dengan menggunakan al-Qur’an dan al-Hadis sebagai dasar acuannya. (Maulana,2013)
Tanpa mempersoalkan apakah Filsafat Pendidikan Islam itu sebagai aktifitas berfikir mendalam, menyeluruh dan spekulatif atau ilmu pengetahuan yang melakukan kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif mengenai masalah-masalah pendidikan dari sumber wahyu Allah, baik al-Qur’an maupun al-Hadis, paling tidak terdapat 2 hal pokok yang patut diperhatikan dari pengertian Filsafat Pendidikan Islam:
a.       Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap kandungan al-Qur’an/al-Hadis dalam rangka merumuskan konsep dasar pendidikan islam. Artinya, Filsafat Pendidikan Islam memberikan jawaban bagaimana pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan tuntunan nilai-nilai Islam. Misalnya saja ketika muncul pertanyaan bagaimana aplikasi pendidikan Islam menghadapi peluang dan tantangan millenium II, maka Filsafat Pendidikan Islam melakukan kajian mendalam dan menyeluruh, sehingga melahirkan konsep pendidikan islam yang akan diaktualisasikan di era millenium III.
b.      Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam rangka mengatasi berbagai probelam yang dihadapi pendidikan islam. Misalnya ketika suatu konsep pendidikan islam diterapkan dan ternyata dihadapkan kepada berbagai problema, maka ketika itu dilakukan kajian untuk mengatasi berbagi problema tadi. Aktivitas melakukan kajian menghasilkan konsep dan prilaku mengatasi problem pendidikan islam  tersebut merupakan makna dari Filsafat Pendidikan Islam.
Sebenarnya antara kajian mendalam, menyeluruh dan spekulatif merumuskan konsep dasar pendidikan islam dengan pikiran mengatasi problematika pendidikan Islam sulit untuk dapat dipisahkan secara tegas, sebab ketika suatu problem pendidikan islam dipecahkan melalui hasil sebuah kajian mendasar menyeluruh,  maka hasil tersebut sesungguhnya menjadi konsep dasar pelaksanaan pendidikan islam selanjutnya. Sebaliknya ketika suatu rumusan pemikiran pendidikan islam dibuat, misalnya konsep pendidikan di era globalisasi yang penuh persaingan kualitatif maka sebetulnya konsep yang dihasilkan tadi merupakan antisipatif menghadapi problem pendidikan islam di era millenium III yang di tandai globalisasi informasi dan persaingan kualitatif. (Syar’I,2005)
Perpaduan antara agama dan akal fikiran membuat kita untuk menjelaskan persoalan khusus (misalnya tentang universalisme), pemikiran pengakuan, dan menjawab keberatan-keberatan utama yang ditujukan pada solusi Aristotealismenya, yaitu dengan menyempurnakan metode skolastiknya. (Tedd,2001)
            Jadi dapat disimpulkan bahwa Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu ilmu yang mengkaji, mencari, menganalisa, membahas secara filosofis tentang hakikat pendidikan islam, baik secara konseptual, maupun operasional, serta menggunakan jasa filosofis dalam mencari alternatif paling efektif bagi pemecahan problema pendidikan islam yang berdasar dan bersandar pada sistem kebenaran yang mutlak yaitu al-Qur'an dan al-Hadits serta pandangan filosofis muslim sehingga dapat memberikan perbaikan dan pengembangan terhadap pendidikan Islam.
2.3 Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
            Pemikiran dan kajian tentang Filsafat Pendidikan Islam menyangkut 3 hal pokok, yaitu: penelaahan tentang filsafat, pendidikan dan penelaahan tentang islam. Karena itu, setiap orang yang berminat dan menerjunkan diri dalam dunia Filsafat Pendidikan Islam seharusnya memahami dan memiliki modal dasar tentang filsafat, pendidikan dan Islam.
            Kajian dan pemikiran mengenai pendidikan pada dasarnya menyangkut aspek yang sangat luas dan menyeluruh bahkan seluruh aspek kebutuhan dan atau kehidupan umat manusia, khususnya umat islam. Ketika dilakukan kajian dan dirumuskan pemikiran mengenai tujuan Pendidikan Islam, maka tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup umat manusia. Karena tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya dalam rangka mencapai tujuan hidup umat manusia, sehingga esensi dasar tujuan pendidikan islam sebetulnya sama dengan tujuan hidup umat manusia. Menurut Ahmad D. Marimba (1989) sesungguhnya tujuan pendidikan islam identik dengan tujuan hidup setiap muslim.
Sebagaimana filsafat pendidikan pada umumnya, maka filsafat pendidikan islam juga menyangkut pemikiran-pemikiran yang terkait dengan masalah pendidikan, yakni pendidikan Islam. Filsafat pendidikan islam adalah pedoman bagi perancang dan orang-orang yang berkerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran. (Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany,1973)
Filsafat pendidikan Islam yang bertumpu pada pemikiran mengenai masalah pendidikan tak dapat dilepaskan dari tugas dan misi kerasulan, yakni untuk menyempurnakan akhlak. Kemudian penyempurnaan akhlak terkait pula dengan hakikat penciptaan manusia, yakni menjadi pengabdi Allah yang setia, maka manusia juga tak dapat melepaskan statusnya selaku khalifah Allah di muka bumi. (Jalaludin,2011)
Filsafat pendidikan Islam pada hakikat berada pada permasalahan-permasalahan dari ketiga factor yaitu: (1) hakikat penciptaan, (2) akhlak mulia, dan (3) tugas khalifah yang diamatkan pada manusia. Disini terlihat, bahwa filsafat pendidikan Islam tak dapat dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri. Menurut Khursyid Ahmad, pendidikan adalah suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dan sebagai alat untuk memajukan masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya setiap system pendidikan terdiri dari seperangkat cita-cita kemasyarakatan, norma dan nilai-nilai tertentu, dan didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan tertentu.
Dalam pandangan Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, filsafat pendidikan ialah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam pendidikan. Titik berat filsafat pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar filsafat dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis. Dengan demikian ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam mencakup prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar filsafat itu sendiri, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya penyelesaian pendidikan Islam.
Selanjuatnya Omar Mohhammad al-Toumy al-Syaibany (1979), mengemukakan lima prinsip dasar dalam kajian filsafat pendidikan Islam. Kelima prinsip dasar tersebut mencakup: (Jlaludin,2011)
  1. Pandangan Islam terhadap jagat raya.
  2. Pandangan Islam terhadap manusia.
  3. Pandangan Islam terhadap masyarakat.
  4. Pandangan Islam terhadap pengetahuan manusia.
  5. Pandangan Islam terhadap akhlak.
Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam juga meliputi masalah-masalah yang berhubungan dengan sistem pendidikan itu sendiri. Adapun komponen-komponen yang termasuk dalam sistem pendidikan Islam itu, antara lain dasar yang melandasi pembentukan sistem tersebut. Lalu tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan Islam. Untuk mencapai tujuan dimaksud, maka perlu ada rumusan mengenai siapa yang dididik, siapa pelaksannya, bagaimana cara penyelengaraannya, sarana dan prasarana apa yang diperlukan, materi apa yang diberikan, bagaimana caranya, kondisi apa yang perlu diciptakan, serta bagaimana mengukur tingkat pencapainya. (Jalaludin,2011)
Dengan demikian ruang lingjup kajian filsafat pendidikan Islam adalah identik dengan Islam itu sendiri. Mencakup semua aspek kehidupan manusia secara menyeluruh yang terkait dengan maslah pendidikan.
2.4 Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam
            Semestinya, bahwa setiap ilmu mempunyai kegunaan, menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani misalnya mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari filsafat pendidikan Islam, antara lain:
1.      Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan yang melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan.
2.      Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti menyeluruh.
3.      Filsafat pendidikan Islam akan menolong dalam memberikan pendalaman pikiran bagi factor-faktor spiritual, kebudayaan, social, ekonomi dan politik di negara kita.
Prof. Mohammad Athiyah Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu : (Sudrajat,2009)
1.      Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
2.       Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
3.      Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
4.      Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.
5.      Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.
Selain kegunaan yang tersebut di atas filsafat pendidikan Islam juga sebagai proses kritik-kritik tentang metode –metode yang digunakan dalam proses pendidikan Islam, sekaligus memberikan arahan mendasar tentang bagaimana metode tersebut harus didayagunakan atau diciptakan agar efektif untuk mencapai tujuan. Lebih lanjut Muzayyin Arifin menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam harus bertugas dalam 3 dimensi, yakni: (Abdulloh,2010)
1.      Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam.
  1. Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut.
  2. Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan tersebut.
2.5 Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam
            Cara atau metode merupakan syarat untuk efisiensinya usaha atau pekerjaan demi tercapai tujuan, juga merupakan syarat suatu ilmu. Bahkan cara atau metode adalah suatu ciri pekerjaan atau ilmu yang baik (valid). Tanpa metode tertentu, maka arah pekerjaan itu tidak menjamin tercapainya tujuan (Moh. Noor Syam, 1987).
            Secara teknis, Runes menerangkan seperti dikutip (Moh. Noor Syam, 1897), metode berasal dari perkataan Yunani Methodus. 1) sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan; 2) sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu; 3) suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu  prosedur.
            Dalam dunia Islam, filsafat menimbulkan pada garis besarnya dua sistem filsafat, yaitu 1) Madzhab tradisional yang sistem filsafatnya berpegang teguh pada nash al-Qur'an dan Sunnah Rasul, yang tentunya tidak bisa dipisahkan dengan aliran madzhab yang pernah berkembang dalam dunia Islam. Mereka disebut Ahlu Al-Sunnah, Ahlu Al-Naqli. 2) Madzhab rasional yang banyak menggunakan akal dalam ijtihadnya tetapi tidak berarti meninggalkan al-Qur'an dan Hadits Nabi. Mereka menggunakan ta'wil bila terjadi pertentangan antara akal dan nash. Disamping menggunakan metode-metode Filsafat Pendidikan Islam yang telah berkembang dalam dunia Islam, juga menggunakan metode filsafat pendidikan pada umumnya, dan mereka disebut ahli ar-ra'yi dan ahlu al-aqli. (Zuhairini, 1992)
            Kedua madzhab filsafat dalam Islam tersebut, telah menggunakan cara atau metode ijtihadnya seperti sistem filsafat Islam. Metode-metode ijtihad seperti ijma', Qiyash, Istihsan, Maslahah Mursalah, Al-'Adah Muhakkamah, semuanya adalah berdasarkan penggunaan akal. Cara penafsiran al-Qur'an dan ta'wil, merupakan dasar dari analisa bahasa (linguistik analisis) dalam sistem filsafat modern. Penggunaan Hadits dan Atsar sahabat sebagai sumber secara rasional, tidak lain kecuali analisa histories (histortical analisis) dalam filsafat khusus masa kini. Metode analisis kritis, ilmiah rasional, empiris sampai kepada yang bersifat eksperimental pun sudah dikenal oleh filsafat Islam dalam sejarahnya. (Zuhairini,1992
            Menurut Abudin Nata (1997) dalam pengembangan filsafat Pendidikan Islam memerlukan empat metode, yaitu: (Maulana,2013)
1.      Bahan-bahan yang akan digunakan untuk pengembangan filsafat pendidikan, baik berupa bahan tertulis yaitu al-Qur'an dan al-Hadits yang diserta pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya dan bahan yang diambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan.
2.       Metode pencarian bahan, yaitu melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa.
3.      Metode pembahasan, yaitu dengan melalui metode analisis sitesis. Untuk menggali hakikat kependidikan dalam masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan metode berfikir induktif. Cara ini tepat sekali digunakan untuk membahas bahan-bahan yang didapat dari hasil pengalaman. Di samping itu, dapat pula digunakan metode berfikir deduktif, cara ini dapat digunakan untuk membahas bahan-bahan kajian yang bersumber dari bahan tertulis.
4.      Pendekatan, yang biasanya diperlukan dalam analisa dan berhubungan dengan teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk mengetahui fenomena tertentu pula. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena yang selanjutnya erat dengan disiplin keilmuan. Adapaun pendekatan yang digunakan untuk mengkaji masalah filsafat pendidikan Islam adalah perpaduan dari ketiga disiplin ilmu tersebut, yaitu filsafat, ilmu pendidikan dan ilmu tentang keislaman yang dilakukan secara logis, sistematis, radikal, mendalam, dan universal.
           
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Filsafat adalah proses perpikir yang mendalam, menyeluruh tentang suatu  gejala dan tanda yang terjadi di lingkungan hidup manusia. Kajian dan telaah filsafat sangat luas, karena itu filsafat disebut sebagai pokok pangkalnya ilmu pengetahuan. Pada dasarnya setiap orang memiliki filsafat tapi mungkin ia tidak menyadari akan hal itu. Berpikir filsafat berusaha memecahkan suatu persoalan dan memandang persoalan dari ensensinya.
            Pendidikan ialah usaha sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda atau orang yang belum bisa berpikir secara dewasa. Melalui proses suatu pendidikan perserta didik akan bisa berpikir secara mandiri dan diharapkan dapat terbentuk suatu karakter akhlak yang mulia.
            Agama merupakan suatu kepercayaan yang dianut oleh setiap individu. Jika kita berbicara agama maka menyangkut kebenaran, karena agama adalah kebenaran yang paling tua. Islam merupakan agama dari Allah. Dalam Islam kita berpegang pada Al-Qur’an dan Hadits.
            Dari arti kata filsafat, pedidikan, dan Islam maka dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam adalah suatu ilmu yang mengkaji, mencari, menganalisa, membahas secara filosofis tentang hakikat pendidikan islam, baik secara konseptual, maupun operasional, serta menggunakan jasa filosofis dala mencari alternatif paling efektif bagi pemecahan problema pendidikan islam yang berdasar dan bersandar pada sistem kebenaran yang mutlak yaitu al-Qur'an dan al-Hadits serta pandangan filosofis muslim sehingga dapat memberikan perbaikan dan pengembangan terhadap pendidikan Islam.
            Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam juga meliputi masalah-masalah yang berhubungan dengan sistem pendidikan itu sendiri, yaitu pendidikan Islam. Pemikiran-pemikiran mengambarkan cakupan teori mengambarkan rumusan mengenai perserta didik, pendidik, manajemen, institusi, kurikulum, metode, alat, evaluasi pendidikan.
            Kegunaan filsafat Pendidikan Islam yaitu, sebagai berikit: (1) untuk membantu  perancang dan pelaksana pendidikan, (2) untuk membantu mengetahui ketercapaian dalam pendidikan (evaluasi pendidikan, (3) memberikan kritik dan koreksi terhadap pelaksanaan, (3) membantu pemecahan masalah-masalah dalam pendidikan, (3) memberikan kritik terhadap metode dan alat dalam proses pendidikan.
            Metode pengembangan filsafat pendidikan Islam ada tiga yaitu: (1) bahan tertulis (tekstual) al-Qur’an, al-Hadits, (2) metode pencarian bahan, (3) metode pembahasan (penyajian); bisa dengan cara berpikir yang menganalisa fakta-fakta, (4) pendekatan (approach); pendekatan sangat diperlukan dalam sebuah analisa, yang bisa dikategorikan sebagai cara pandang (paradigm) yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena.
           
           
           
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh, N. (2010). Filsafat Pendidikan Islam. Retrieved Oktober Jumad, 2013, from wordpress.com: http://nurwahidabdulloh.wordpress.com/pengetahuan/fisafat/filsafat-pendidkan-islam
Abidin, Z. (2011). pengantar filsafat barat. jakarta: rajawali press.
aL-Syaibani, O. M.-T. (1973). Falsafat Pendidikan Islam. .terj. Hasan Laggulung.1979.Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, M. (1992). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Jalaludin. (2011). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Langulung, H. (1992). Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru.
Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Marimba, A. D. (1989). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Bumi Aksara.
Maulana. (2013, Januari). Filsafat Pendidikan Islam. Retrieved Oktober 20, 2013, from blogspot.com: http://maulanajurnalis.blogspot.com/2013/01/makalah-filsafat-pendidikan-islam.html
Nasution, H. (1973). Falsafat dan Mistisisme dalam Islam.Jakarta: Bulan Bintang.
Sudrajat, A. (2009, Mei). Filsafat Pendidikan Islam. Retrieved Oktober Jumad, 2013, from wordpress.com: http://ahmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/25/filsafat-pendidikan-islam/
Syah, M. (1997). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru.
Syah, M. (2003). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung : Rosda Karya.
Syam, N. M. (1989). Filsafat Pendidikan dan Dasar Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Syar'I, A. (2005). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Tedd, B. (2001). Paradigma Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Riora Cipta.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM "

Post a Comment

/* script Youtube Responsive */