TEHNIK MEMBUAT LAPORAN ILMIAH


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Karya tulis mempunyai banyak ragam tergantung dari tujuan, manfaat, sumber penulisan, dan aspek-aspek lainnya. Berdasarkan sumbernya, secara umum karya tulis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu karya fiksi (tidak ilmiah) dan non fiksi (ilmiah). Karya fiksi merupakan karya tulis yang sumbernya semata-mata imajinasi, fantasi, atau rekaan dari si penulis. Tujuan orang menulis fiksi biasanya untuk menghibur atau bisa jadi untuk mengungkapkan isi hati penulis. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan,penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematikapenulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkankebenarannya/keilmiahannya.
 Menurut Brotowidjoyo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Pada prinsipnya semua karya ilmiah yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah. Dalam hal ini yang membedakan hanyalah materi, susunan , tujuan serta panjang pendeknya karya tulis ilmiah tersebut,Secara garis besar, karya ilmiah di klasifikasikan menjadi dua, yaitu karya ilmiah pendidikan dan karya ilmiah penelitian.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana teknik membuat laporan ilmiah yang baik?
2.      Apa yang di maksud kliping ilmiah dan populer?
3.      Bagaimana cara mengidentifikasikan prosedur dan cara meringkas?
4.      Bagaimana cara menyusun acara pada upacara?
5.      Apa yang dimaksud teknik penulisan ilmiah?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui cara membuat laporan ilmiah dengan baik
2.      Untuk mengetahui kliping ilmiah dan populer
3.      Dapat mengidentifikasikan prosdur dan cara meringkas
4.      Dapat menyusun tata cara pada acara upacara
5.      Untuk mengetahui teknik penulisan ilmiah


BAB II
PEMBAHASAN

A.  TEKNIK MEMBUAT LAPORAN
1.    Pengertian Laporan
       Laporan adalah semacam dokumen yang menyampaikan informasi hasil Pengamatan, penelitian, pelaksanaan suatu kegiatan, ataupun fakta-fakta lainnya. Cara membuat laporan dengan baik, perlu diperhatikan hal-hal berikut :
A.  Dasar Laporan 
          Sebuah laporan bertolak dari beberapa dasar : pembuat laporan, penerima laporan dan tujuan laporan. Pembuat laporan dapat dilakukan oleh perseorangan atau sendiri, begitu pula penerima laporan. Tujuan laporan biasanya untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan, mengetahui kemajuan dan perkembangan masalah, mengadakan pengawasan dan perbaikan, untuk menemukan teknik-teknik baru dan sebagainya.
B.  Syarat Laporan 
          Agar dapat meyakinkan orang yang menerima laporan, pembuat laporan harus mampu menyusun laporan dengan baik. Oleh sebab itu, pembuat laporan harus benar-benar memperhatikan syarat-syarat sebuah laporan yang baik.
Laporan yang baik harus memenuhi syarat, diantaranya : 
a.    Laporan harus ditulis dengan bahasa yang baik dan jelas 
b.    Isinya harus diurutkan sehingga masuk akal 
c.    Fakta-fakta yang disajikan harus menimbulkan kepercayaan penerima laporan.
C.  Macam-macam Laporan 
          Laporan dapat dibuat dalam bermacam-macam bentuk. Bentuk laporan itu dapat berupa formulir isian, surat, memorandum, dan laporan berbentuk deskripsi. Setiap bentuk laporan tersebut digunakan sesuai dengan pokok permasalahannya. Misalnya, laporan dalam bentuk formulir isian digunakan manakala seseorang ingin membuat KTP. Selain bentuk-bentuk laporan tersebut, macam laporan dapat dilihat dari segi keadaan masalahnya.
          Laporan jenis ini berbentuk laporan berkala, perkembangan, laboratoris, dan laporan penelitian. Disamping itu, laporan dapat berbentuk resmi dan dapat pula berbentuk populer (seperti hanya laporan yang dibuat para wartawan media cetak / elektronik).

D.  Struktur Laporan 
          Untuk memperoleh sebuah laporan yang baik, struktur laporan harus mendapat perhatian yang lebih, sebab dari strukturlah penerima laporan dapat menilai apakah laporan dibuat dengan sistematikan yang baik atau tidak. Struktur laporan yang berbentuk deskripsi tidak berbeda dengan sebuah karangan. Oleh sebab itu, struktur laporan terdiri atas pendahuluan, isi dan penutup. Pendahuluan dalam sebuah laporan terdiri atas latar belakang, masalah dan tujuan. Isi terdiri atas uraian yang berkenaan dengan pokok masalah. Penutup berisi simpulan laporan. Sistematika laporan populer biasanya disesuaikan dengan selera wartawan / medianya dan pembacanya. Untuk mendapatkan sebuah laporan yang baik perlu diperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut : 
1.    Laporan jenis apa yang akan dibuat?
2.    Untuk siapa laporan itu dibuat? 
3.    Untuk siapa laporan itu dibuat?
4.    Dalam bentuk apa laporan itu dibuat?
5.    Apakah bahasanya jelas dan menarik?
6.    Apakah data-data / fakta-fakta yang disajikan terpercaya?
7.    Apakah laporan ini tersusun secara sistematis?
8.    Lengkapkah isi pendahuluannya?
9.    Jelaskah uraian penanganan / pemecahan masalahnya?
10.  Adakah simpulan dan sarannya?

B.     KLIPING ILMIAH DAN POPULER
A.    Ilmiah
1.      Kliping Ilmiah
Karya tulis mempunyai banyak ragam tergantung dari tujuan, manfaat, sumber penulisan, dan aspek-aspek lainnya. Berdasarkan sumbernya, secara umum karya tulis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu karya fiksi (tidak ilmiah) dan non fiksi (ilmiah). Karya fiksi merupakan karya tulis yang sumbernya semata-mata imajinasi, fantasi, atau rekaan dari si penulis. Tujuan orang menulis fiksi biasanya untuk menghibur atau bisa jadi untuk mengungkapkan isi hati penulis. Contoh dari karya tulis jenis ini adalah karya sastra: novel, cerpen, puisi, dan lain-lain.[1] 
2.      Ciri-Ciri Karya Tulis Ilmiah
a.    Menyajikan fakta obyektif secara sistematis
b.    Penulisannya cermat, tepat, dan benar serta tulus.
c.    Tidak mengejar keuntungan pribadi, yaitu tidak berambisi agar pembaca berpihak kepadanya
d.   Sistematis, terkendali, konseptual, dan prosedural
e.    Tidak emotif (tidak menonjolkan perasaan)
f.     Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung (kecuali hipotesis kerja)
g.    Memuat kebenaran-kebenaran
h.    Tidak argumentatif
i.      Tidak persuasif 
j.      Tidak melebih-lebihkan sesuatu.
3.      Sistematika Karya Tulis Ilmiah
a.    Bagian pengantar
1.    Halaman judul, 
2.    Lembar pengesahan,
3.    Pengantar,
4.    Daftar isi,
5.    Daftar tabel,
6.    Daftar gambar,
7.    Daftar lampiran,
8.    Abstrak 
B.     Populer
1.      Karya Tulis Populer
Karya tulis ilmiah populer merupakan karya ilmiah yang bentuk, isi, dan bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, serta disajikan dalam bahasa yang santai dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Slamet Suseno (dalam Dalman, 2012: 156) mengemukakan bahwa karya tulis ilmiah populer lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur tulisan orang lain daripada dengan jalan menulis gagasan, pendapat, dan pernyataannya sendiri. Karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai hal-hal kehidupan sehari-hari.
  karya tulis ilmiah populer adalah karya tulis yang berpegang kepada standar ilmiah, tetapi ditampilkan dengan bahasa umum yang mudah dipahami oleh masyarakat awam dan layout yang menarik sehingga masyarakat lebih tertarik untuk membacanya. Karya tulis ilmiah populer lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur, mengutip, dan meramu informasi dari berbagai tulisan orang lain, daripada menulis murni gagasan, pendapat, dan pernyataan sendiri. Artinya, karya tulis ilmiah populer lebih cocok disebut sebagi tulisan daripada karangan. Seperti yang dipaparkan di atas, secara otomatis akan ada proses reduksi makna ilmiah dari makna aslinya ketika digandengkan dengan kata populer. Namun meski melangalami reduksi, kata-kata ilmiah tetap menggambarkan pertanggungjawaban penulisnya secara ilmiah dengan pencantuman sumber rujukan.
2.      Ciri-ciri Karya Ilmiah Populer
Karya ilmiah (Dalman, 2012:113-114) memiliki ciri-ciri yang dapat dikaji minimal dari empat aspek, yaitu: 
1.      Struktur
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal, bagian inti dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan.
2.      Komponen dan substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
3.      Sikap penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan kata atau gaya bahasa impersonal. 
4.      Penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata atau istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.


C.     Perbedaan antara Karya Tulis Ilmiah Populer dengan Karya Tulis Ilmiah Murni
Perbedaan antara karya tulis ilmiah populer dengan karya tulis ilmiah murni(skripsi, tesis, desertasi, dan lain-lain) terletak pada bahasa penyampaian yang digunakan. Karya tulis ilmiah murni ditampilkan dalam bahasa baku dan sangat terikat dengan kaidah bahasa Indonesia resmi. Sementara ilmiah populer ditampilkan dengan bahasa yang lebih luwes, serta dapat dipahami masyarakat umum. 
Dari segi topik bahasan, tulisan ilmiah populer cenderung membahas permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat di sekitarnya. Berbeda dengan karya tulis ilmiah murni yang lebih sering berkutat dalam bidang ilmiah yang jauh dari jangkauan masyarakat awam.
            Sarana untuk mempublikasikan karya ini hampir tidak ada yang berdiri sendiri secara utuh. Biasanya dalam suatu media massa, karya ini dipadukan dengan karya tulis nonilmiah. Karya ilmiah populer dapat kita jumpai pada majalah, koran atau tabloid.
C.    SUSUNAN ACARA PADA UPACARA
A.    Persiapan upacara
1.    Seluruh peserta upacara diatur dalam barisan 15 menit sebelum pelaksnaan  upacara dimulai, masing-masing komandan regu atau barisan menyiapkan barisannya.
2.    petugas upacara seperti penggerek bendera, pembaca atau pengucap pembukaan UDD 1945 dan lain-lain serta pembawa acara telah menempati tempat yang ditentukan;
3.    pemimpin upacara memasuki lapangan upacara;
pemimpin upacara mengambil alih pimpinan seluruh barisan upacara;
pembawa acara membacakan urutan-urutan upacara.
B.     Pelaksanaan Upacara
1.    panitia upacara melapor kepada pembuna upacara bahwa upacara siap dimulai,     diluar lapangan upacara (diruang VIP) dengan kata-kata “lapor, upacara 9jelaskan upacara apa) siap dimulai”
2.    pembawa acara mulai membacakan acara upacara bahwa upacara segera dimulai, pembina upacara memasuki lapangan upacara dan barisan disiapkan.
3.    pemimpin upacara menyiapkan barisan upacara dengan aba-aba “siap gerak”.
4.    pembina upacara memasuki lapangan upacara yang diantar oleh panitia upacara dan didampingi oleh ajudan untuk membawa map teks amanat/sambutan.
5.    penghormatan umum kepada pembina upacara yang dipimpin oleh pemimpin upacara dengan aba-aba “kepada pembina upacara, hormat gerak”. Setelah dibalas oleh pembina upacara sampaikan aba-aba “tegak gerak”;
6.    laporan pemimpin upacara kepada pembuna upacara bahwa upacara siap dimulai, pelaksanaannya adalah: pemimpin upacara maju menghadap pembina upacara dan langsung menyampaikan laporan dengan aba-aba upacara 9sebutkan upacara apa) siap dimulai”; setelah dijawab oleh pembina upacara dengan kata-kata “lamnjutkan/kembali ketempat”, maka pemimpin upacara kembali menjawab: kerjakan/laksanakan”. Selanjutnya kembali balik kanan dan kembali ke tempat semula.
C.     Persiapan Penaikan bendera
1.      petugas penggerek bendera, biasanya terdiri dari 3 orang membaw bendera mendekati tiang bendera;
2.      setelah sampai ditiang bendera. masing-masing bertugas; 1 memegang bendera, 1 mengikat bendera pada tali  yang ada di tiang bendera dan 1 lagi memegang tali dan menaikkan bendera;
3.      setelah bendera diikat dan dikembangkan, maka salah seorang melaporkan bahwa bendera siap untuk dinaikkan, bunyi laporannya “bendera siap”
4.      Penghormatan kepada bendera merah putih dipimpin oleh pemimpin upacara, dan juga biasanya dipimpin oleh pembina upacara. Pelaksanaannya dilaksanakan apabila telah mendengar aba-aba dari penggerek bendera bahwa bendera telah siap dinaikkan, langsung pemimpin upacara memberikan aba-aba “kepada sang merah putih, hormat gerak”. (seluruh peserta upacara melakukan penghormatan). Setelah bendera sampai dipuncak tiang bendera, pemimpin upacara memenrikan aba-aba “tegak gerak”. Penaikan bendera ini diiringi oleh lagi Indonesia raya yang dibawakan oleh paduan suara.
D.    Mengheningkan cipta dipimpin oleh pembina upacara.
1.    pelaksanaannya pembina upacara menyampaikan kata “marilah kita bersama-sama menghargai jasa para pahlawan kita yang telah mendahului kita, hening cifta dimulai, semua upacara menundukkan kepala, dan hening cipta ini diiringi dengan lagu oleh paduan suara. Setelah itu pembina upacara mengucapkan kata “selesai” dan seluruh peserta upacara secara serentak kembali menegakkan kepala.

E.     Pembacaan teks pancasila.
1.    pelaksanannya, ajudan menyampaikan teks pancasila kepada pembina upacara dan langsung dibaca satu persatu serta diikuti oleh peserta upacara.
2.    Pembacaan/pengucapan pembukaan UUD 1945. pelaksanaannya, pembaca UUD 1945 maju 3-4 langkah ke muka dan melapor dengan kata-kata “lapor pembcaan pembukaan UUD 1945 siap”. setelah dijawab oleh pembina upacara, kerjakan, langsung membacakan Pembukaan UUD 1945, setelah selesai membacakan, kembali melapor kepada pembina upacara bahwa pembacaan sudah dilaksanakan dengan kata-kata “pembacaan pembukaan UUD 1945 telah dilaksanakan, laporan selesai”.
3.    Setelah pembacaan selesai melaporkan, dijawab oleh pembina upacara “kembali ketempat” dan dijawab lagi oleh pembaca “laksanakan”, maka pengucap langsung balik kanan dan berjalan ketempat semula.
F.      Amanat Pembina Upacara
1.    Pelaksanaannya ajudan memberikan teks amanat, selanjutnya pembuna upacara mengistruksikan kepada pemimpin upacara untuk mengistirahatkan barisan upacara dengan kata-kata peserta upacara diistirahatkan.
2.    Begitu mendengar instruksi diistirahatkan, maka pemimpin upacara langsung menyampaikan aba-aba untuk mengistirahatkan barisan upacara dengan kata-kata “istirahat ditempat gerak”.
3.    Begitu pembina upacara selesai menyampaikan amanatnya, maka pemimpin upacara langsung menyiapkan kembali barisan upacara dengan aba-aba “siap gerak”.
G.    Pembacaan Doa
Pelaksanaannya adalah petugas yang membaca doa langsung memimpin mebacakan doa;
H.    Penutupan Upacara
1.    Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara bahwa upacara telah selesai.
2.    Pemimpin upacara maju menghadap pembina upacara dan langsung menyampaikan laporan dengan kata-kata “upacara telah dilaksanakan, laporan selesai”;
3.    Setelah dijawab oleh pembina upacara dengan kata-kata “bubarkan”, dan dijawab lagi oleh pemimpin upacara dengan kata “laksanakan”, maka pemimpin upacara balik kanan kembali ketempat semula.
4.    Penghormatan umum kepada pembina upacara yang dipimpin oleh pemimpin upacara dengan aba-aba “kepada pembina upacara, hormat gerak”, setelah penghormatan dibalas oleh pembina upacara maka pemimpin upacara mengecapkan aba-aba “tegak gerak”.
5.    Upacara selesai, pembina upacara berkenan meninggalkan lapangan upacara.
Demikianlah artikel mengenai tata urutan lengkap upacara umum, semoga bermanfaat.
D.    PROSEDUR PENYUSUNAN KARYA ILMIAH
1.    Sitematika Penyusunan Karya Ilmiah dan Teknik Penyusunannya
A.  Bagian Awal
a. Hal-hal yang termasuk bagian awal adalah :
1.Halaman sampul
2.Halaman judul
b. Abstrak
c. Kata Pengantar
d. Daftar Isi
e. Daftar Gambar
f. Daftar Lampiran
B.  Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
b. Identifikasi Masalah
c. Pembatasan Masalah
d. Perumusan Masalah
e. Kegunaan Penelitian
f. Definisi Operasional
BAB II KAJIAN PUSTAKA
a. Kajian pustaka setiap variabel
b. Hipotesis (jika ada)

BAB III METODE PENELITIAN
a. Rancangan Penelitian
b. Tempat dan Waktu Penelitian
c. Populasi dan Sampel Penelitian
d. Metode Penelitian
e. Instrumen Penelitian
f. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Deskripsi Hasil Penelitian
b. Uji Prsayarat Analisis
c. Pengujian Hipotesis
d. Pembahasan hasil penelitian
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
a. Kesimpulan
b. Implikasi
c. Saran
C.  Bagian Akhir
a.    Daftar Pustaka
b.    Lampiran
c.    Riwayat Hidup Penulis
E.     CARA MEMBUAT RINGKASAN (RESUME)
1. Membaca Teks Atau Naskah Yang Asli
Dasarnya sebelum kita membuat karya tulis dengan teknik studi kepustakaan (sumber data berdasarkan buku), yang perlu ditanamkan pada diri kita adalah menyukai membaca. Ingat pepatah “Buku Adalah Jendela Dunia” gak? Semakin banyak kita membaca buku maka semakin banyak hal yang kita ketahui. Bagi mahasiswa wajib hukumnya untuk menyukai membaca. Kenapa? Kalau mengingat tugas akhir atau kriteria kelulusan kita yaitu membuat skripsi, sangat perlu untuk membaca banyak buku referensi yang terkait dengan skripsi demi menghasilkan skripsi yang baik dan berkualitas serta akan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri nantinya jika kita benar-benar berhasil.[2]
Nah kalau sudah menyukai membaca, maka gak akan ada kendala besar dalam membuat ringkasan (resume) karena membaca teks/naskah asli dalam proses pembuatan resume ini tidak cukup hanya sekali. Membaca naskah asli harus berulang kali sampai kita memahami keseluruhan isi dan memahami maksud si penulis.
 Belum lagi jika naskah aslinya memiliki istilah-istilah yang sukar dipahami, maka itu perlu juga digarisbawahi kata yang sulit dimengerti dan mencari tahu apa maknanya agar menambah pemahaman kita. Membaca naskah aslinya juga harus sampai tuntas agar kita mendapatkan gambaran umum dan sudut pandang dari si penulis.
2.    Menentukan dan Mencatat Gagasan Utama
           Setelah memahami maksud dari si penulis, kemudian kita harus mampu menemukan pokok-pokok tulisan. Baca kembali dan lebih dimengerti lagi paragraf demi paragrafnya, bagian demi bagiannya, untuk selanjutnya dikonkritkan dalam bentuk poin-poin penting yang disebut gagasan utama. Gagasan utama adalah pikiran utama yang terdapat dalam tulisan. Gagasan utama sama saja dengan ide pokok. Jika yang mau dibuat resume adalah sebuah jurnal, maka kita tidak harus mencatat semua gagasan utama di setiap paragraf jurnal aslinya. Kenapa? Tidak semua paragraf yang ada dijurnal memiliki gagasan utama karena di dalam jurnal banyak terdapat kutipan-kutipan seseorang dan data-data sedangkan gagasan utama itu sendiri berasal dari kalimat utama yang merupakan pemikiran murni dari si penulis bukan berupa opini, kutipan ataupun data.
            Meski begitu, setidaknya dari beberapa paragraf ada kalimat-kalimat yang mewakili pokok dari tulisan atau sebagai gagasan utamanya. Tentukan gagasan utama yang esensial agar nantinya saat kita menulis resume tidak melebar dan tidak terlalu panjang. Kemudian setelah gagasan-gagasan utama telah kita catat semua, gagasan-gagasan itu harus disusun teratur atau sesuai dengan urutan isi jurnal. Lihat bagian daftar isi untuk memastikan urutan isi jurnal yang benar.
3.    Mulai Menulis Ringkasan (Resume)
Pergunakanlah gambaran umum tentang keseluruhan isi jurnal/naskah yang telah terbayang diotak kita dan hasil pencatatan gagasan utama tadi untuk dibuat resume. Ingat yah, urutan paragraf untuk pembuatan resume harus sesuai dengan naskah aslinya. Kalau di jurnal biasanya kan banyak sub babnya, kita gak perlu ikutin jurnal untuk membuat poin-poin sub bab juga karena resume merupakan ringkasan singkat jadi buatlah resume dalam bentuk paragraf demi paragraf saja.

Tapi memang ada juga yang cara pembuatan resume jurnal  dalam bentuk tabel agar lebih mudah dibuat namun saya lebih memilih dalam bentuk kalimat paragraf per paragraf agar terlihat lebih berkesinambungan ketika dibaca. Kemudian kalimat-kalimat dalam resume yang kita buat adalah kalimat-kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari naskah aslinya. Tetapi kita tidak boleh menyelipkan pendapat pribadi kita di dalam resume apalagi jika pendapat tersebut berlawanan dengan isi jurnal asli, haram hukumnya. Pembuat resume hanya boleh menulis yang sesuai dengan jalan pemikiran si penulis asli. Jika gagasan-gagasan kita masih terasa rancu, silakan liat naskah aslinya lagi. Sebisa mungkin untuk tidak menggunakan kalimat asli penulisnya karena kalimat asli penulisnya hanya boleh digunakan bila kalimat itu dianggap penting (merupakan kaidah, kesimpulan, ataupun perumusan padat). Dan gak perlu pakai bahasa tingkat dewa (bahasa yang sulit dimengerti) dalam membuat resume agar resume kita bisa dibaca oleh siapa saja tanpa memandang status pendidikan. Akan lebih baik jika tulisan kita bisa diterima oleh berbagai lapisan masyarakat,  jadi gunakan bahasa yang mudah dicernah oleh siapapun. Dan saat kita sedang membuat resume, hindari juga kutipan. Kutipan yang berada pada jurnal adalah kutipan milik si penulis jurnal karena si penulis membuat jurnal atas dasar melakukan penelitian dengan menggunakan teori dari orang yang dikutipnyaDalam pembuatan resumegak perlu membuat kalimat yang bertele-tele dan gak perlu berpanjang lebar menjelaskan karena penjelasan secara mendetail sudah ada di dalam naskah asli. Jadi buatlah tulisan ringkasan yang padat tapi mewakili keseluruhan isi. 
4.    Membaca Kembali Ringkasan (Resume) Yang Telah Dibuat
Setelah selesai membuat resume, baca kembali resume kita untuk memeriksa apakah ada kesalahan penulisan atau tidak. Resumejuga perlu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Gunakan ejaan dan tanda baca yang tepat. Kemudian periksa kembali apakah resume buatan kita bersesuaian dengan naskah asli atau tidak.
F.   TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH
A.  Konsep Karya Ilmiah
Karya ilmiah terbentuk dari kata “karya” dan “ilmiah”. Karya berarti kerja dan hasil kerja dan ilmiah berari bersifat ilmu. Dengan demikian karya ilmiah berarti kerja atau hasil kerja berdasarkan ilmu atau kerja yang bersifat ilmu.
Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan metode-metode ilmiah. Metode ilmiah dilakukan untuk mendapatkan kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah harus berisi kebenaran ilmiah. Jadi, karya ilmiah adalah karya yang disusun dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran ilmiah.[3]
Kebenaran ilmiah akan tercapai apabila diperoleh dari pemikiran yang rasional (logis) dan dapat dibuktikan secara empiris. Pemikiran yang rasional merpakan pemikiran yang disertai dengan penalaran yang logis (diterima akal sehat). Penalaran yang ilmiah harus di sertai dengan informasi (pengetahuan) yang tepercaya. Sedangkan empiris maksudnya pemikiran yang disertai dengan bukti-bukti dan fakta-fakta.

B.  Karakteristik Karya Ilmiah
Sesuai dengan uraian di atas, karya ilmiah berkarakteristik:
a.    objektif, artinya karya ilmiah harus relistis, apa adanya, sesuai objeknya, tidak ada   rekayasa, dan tidak pula memasukkan unsure-unsur subjektivitas penulis.
b.    faktual, artinya karya ilmiah harus didasarkan pada fakta dan dapat pula dibuktikan.
c.    rasional dan logis, artinya karya ilmiah harus dapat diterima secara akal dan berisi penalaran-penalaran ilmia.
d.   ilmiah, artinya karya ilmiah harus didasarkan pada bidang keilmuan dan prosedur ilmiah,.
e.    sistematis, artinya karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan sistematika yang baik.
f.     manfaat, artinya karya ilmiah harus mempunyai manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis dan pihak-pihak yang memerlukan, bahkan bermanfaat secara universal, dan bermanfaat praktis.[4]





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
karya ilmiah berarti kerja atau hasil kerja berdasarkan ilmu atau kerja yang bersifat ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan metode-metode ilmiah. Metode ilmiah dilakukan untuk mendapatkan kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah harus berisi kebenaran ilmiah. Jadi, karya ilmiah adalah karya yang disusun dengan menggunakan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran ilmiah.
Kebenaran ilmiah akan tercapai apabila diperoleh dari pemikiran yang rasional (logis) dan dapat dibuktikan secara empiris. Pemikiran yang rasional merpakan pemikiran yang disertai dengan penalaran yang logis (diterima akal sehat). Penalaran yang ilmiah harus di sertai dengan informasi (pengetahuan) yang tepercaya. Sedangkan empiris maksudnya pemikiran yang disertai dengan bukti-bukti dan fakta-fakta.

B.     Saran
Kami mohon kepada para pembaca khususnya kepada dosenpengampu untuk memberikan kritik atau masukan yang membangun demi tersusunnya makalah ini dapat tersusun secara sempurna, karena kami yakin dengan kelemahan atau kekurangan pengetahuan kami tentang penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan.











DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer,2011, Ragam Bahasa Ilmiah, Jakarta : Rineka Cipta.
Alek dan Achmad H.P. 2011.Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana
Ali, Lukman. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka
Hasjim, Nafron. 1998. Komposisi dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Wasito, Hermawan, 1997, Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


[1]Abdul Chaer,2011,Ragam Bahasa Ilmiah,Jakarta:Rineka Cipta.h.181-187
[2]Alek dan Achmad H.P. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: kencana

[3]Drs.Hermawan Wasito,1997,Pengantar Metodologi Penelitian,Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.hal.103-106

[4]Wasito, Hermawan, 1997, Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "TEHNIK MEMBUAT LAPORAN ILMIAH"

Post a Comment

/* script Youtube Responsive */