MAKALAH AL-QUR`AN DAN KONTRIBUSINYA DALAM KAJIAN ILMU KALAM


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Ilmu Kalam
Ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud-Nya Allah SWT, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya dan sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya, dan membicarakan tentang Rasul-rasul Allah, untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak mungkin ada padanya dan sifat-sifat yang mungkin terdapat padanya.[1]
Ibnu Khaldun mengatakan, Ilmu Kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil fikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyelewengkan dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan Salaf dan Ahli Sunnah.
Masih ada definisi-definisi lainnya, akan tetapi kesemuanya itu berkisar pada persoalan kepercayaan diatas dan cara menguraikan kepercayaan-kepercayaan itu, yaitu kepercayaan tentang Tuhan dan sifat-sifat-Nya, tentang rasul-rasul dan sifat-sifatnya dan kebenaran keutusannya, demikian pula tentang kebenaran kabar yang dibawa rasul itu, sekitar alam ghaib, seperti akhirat dan seisinya.[2]
Ilmu kalam juga dinamakan ilmu Tauhid. Arti tauhid ialah percaya kepada Tuhan yang Maha Esa (mengesakan Tuhan), tidak ada sekutu-Nya. Ilmu kalam dinamakan ilmu Tauhid karena tujuannya ialah menetapkan keesaan AllahSWT dalam zat dan perbuatan-Nya dalam menjadikan alam semesta dan hanya Ialah yang menjadi tempat tujuan terakhir alam ini.
Ilmu kalam ini menyerupai ilmu Theology (ilmu allahut) bagi orang-orang Masehi. Ahli ilmu kalam disebut mutakallimin. Golongan ini bisa dianggap sebagai golongan yang berdiri sendiri yang menggunakan akal fikiran (alasan-alasan fikiran) dalam memahami nash-nash (teks-teks)agama dan mempertahankan kepercayaan-kepercayaannya.[3]
B.     Sejarah munculnya ilmu kalam
Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi ilmu kalam, kejadian-kejadian politis dan historis yang menyertai pertumbuhannya, merupakan hal yang wajib bagi kita jika akan memahami sejarah persoalan-persoalan ilmu kalam.
Faktor yang mempengaruhi ilmu kalam sebenarnya banyak, akan tetapi dapat di golongkan kepada dua bagian, yaitu faktor-faktor yang datang dari dalam Islam dan kaum Muslimin sendiri dan faktor-faktor yang datang dari luar mereka, karena adanya kebudayaan-kebudayaan lain dan agama-agama yang bukan Islam.
Adapun sebab-sebab dari dalam yaitu:
1.      Qur`an sendiri di samping ajakannya kepada tauhid dan mempercayai kenabian dan hal-hal lain yang berhubungan dengan itu, menyinggung pula golongan-golongan dan agama-agama yang ada pada masa Nabi Muhammad SAW yang mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang tidak benar.
Qur`an tidak membenarkan kepercayaan mereka dan membantah alasan-alasannya, antara lain:
a.       Golongan yang mengingkari agama dan adanya Tuhan, dan mereka mengatakan bahwa yang menyebabkan kebinasaan dan kerusakan hanyalah waktu saja.
b.      Golongan-golongan syirik, yang menyembah bintang-bintang, bulan, matahari, yang mempertuhan Nabi Isa as dan ibunya, yang menyembah berhala-berhala.
c.       Golongan-golongan yang tidak percaya akan keutusan Nabi-nabi dan tidak mempercayai kehidupan kembali di akhirat nanti.
d.      Golongan yang mengatakan bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah dari perbuatan Tuhan semuanya dengan tidak adanya campur tangan manusia.
Tuhan membantah alasan-alasan dan perkataan-perkataan mereka semua dan juga memerintahkan nabi Muhammad SAW untuk tetap menjalankan da`wahnya sambilmenghadapi alasan-alasan mereka yang tidak percaya dengan cara yang halus. Firman Allah SWT: “ Ajaklah mereka kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat-nasehat yang baik-baik dan bantahlah mereka itu dengan jalan yang lebih baik “.

2.      Ketika kaum muslimin selesai membuka negeri-negeri baru untuk masuk Islam, mereka mulai tentram dan tenang fikirannya, di samping melimpah-limpahnya rizqi. Keadaan ini adalah gejala umum bagi tiap-tiap agama bahkan pada tiap-tiap masyarakat-pun terdapat gejala itu. Pada mulanya agama itu hanyalah merupakan kepercayaan-kepercayaan yang kuat dan sederhana, tidak perlu di perselisihkan dan tidak memerlukan penyelidikan. Penganut-penganutnya menerima bulat-bulat apa yang diajarkan agama, kemudian dianutnya dengan sepenuh hatinya tanpa memerlukan penyelidikan dan pemilsafatan.
3.      Sebab yang ketiga ialah soal-soal politik. Contoh yang tepat untuk soal ini ialah soal khilafah (pimpinan pemerintahan negara). Ketika Rasulullah meninggal dunia, beliau tidak mengangkat seorang pengganti, tidak pula menentukan cara pemilihan penggantinya. Karena itu antara sahabat Muhajirin dan Anshar terdapat perselisihan, masing-masing menghendaki supaya pengganti Rasul dari pihaknya.
Sebenarnya soal khilafah itu adalah soal politik. Agama tidak mengharuskan kaum muslimin mengambil bentuk khilafah tertentu, tetapi hanya memberikan dasar yang umum, yaitu kepentingan umum. Peristiwa terbunuhnya Usman menjadi titik yang jelasdari permulaan berlarut-lsrutnya perselisihsn bshksn peperangan di antara kaum muslimin, sebab sejak saat itu, timbullah orang yang menilai dan menganalisa pembunuhan tersebut.
Dari sinilah mulai timbulnya persoalan besar yang selama ini banyak memenuhi buku-buku keislaman, yaitu melakukan kejahatan besar, yang mula-mula dihubungkan dengan kejadian khusus, yaitu pembunuhan terhadap Usman r.a. kemudian berangsur-angsur menjadi persoalan yang umum, lepas dari pada persoalan siapa orangnya. Kemudian timbul soal-soal lainnya, seperti soal iman dan hakikatnya, bertambah atau berkurangnya, soal imamah dan lain-lain persoalan.
Itulah semua faktor-faktor berdirinya ilmu kalam yang timbul dari dalam Islam dan kaum muslimin. Selain itu ada faktor-faktor lain yang datangnya dari luar Islam dan kaum Muslimin, yaitu:
1.      Banyak di antara pemeluk-pemeluk Islam yang mula-mula beragama Yahudi, zmasehi, dan lain-lain, bahkan di antara mereka ada yang sudah pernah menjadi ulamanya. Setelah fikiran mereka tenang dan sudah memegang teguh agama yang baru, yaitu islam, mereka mulai meningat-ingat kembali ajaran agamanya yang dulu, dan dimasukannya di dalam ajaran-ajaran islam. Karena itu, dalam buku-buku aliran dan golongan Islam sering kita dapati pendapat-pendapat yang jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya.
2.      Golongan islam yang dulu, terutama golongan Mu`tazilah, memusatkan perhatiannya untuk penyiaran islam dan membantah alasan-alasan mereka yang memusuhi Islam. Mereka tidak akan bisa menghadapi lawan-lawannya, kalau mereka itu sendiri tidak mengetahui pendapat-pendapat lawan-lawannya tersebut, beserta dalil-dalilnya. Dengan demikian, harus mereka selami pendapat-pendapat tersebut dan akhirnya negeri islam menjadi arena perdebatan bermacam-macam pendapat dan bermacam-macam agama, hal mana bisa mempengaruhi masing-masing pihak yang bersangkutan. Salah satu seginya yang terang ialah penggunaan filsafat sebagai senjata kaum muslimin.
3.      Sebagai kelanjutan dari sebab tersebut, para mutakallimin hendak mengimbangi lawan-lawannya yang menggunakan filsafat, maka mereka terpaksa mempelajari logika dan filsafat, terutama segi ketuhanan. Karena itu Annazam (tokoh Mu`tazilh) membaca buku-buku Aristoteles dan membantah beberapa pendapatnya. Demikian pula Abul huzail al-Allaf (tokoh Mu`tazilah juga).
Itulah faktor-faktor yang menyebabkan munculnya ilmu kalam. Siapa yang mengatakan bahwa Ilmu Kalam itu ilmu Islam murni yang tidak terpengaruh oleh filsafat dan agama-agama lain, maka tidak benar. Yang mengatakan bahwa Ilmu Kalam timbul dari filsafat Yunani semata-mata juga tidak benar, karena Islam menjadi dasarnya dan sumber pembicaraan. Ayat-ayat Qur`an banyak dijadikan dalil disamping filsafat Yunani. Sebenarnya Ilmu Kalam itu campuran dari ilmu keislaman dan filsafat Yunani, tetapi kepribdian kaum muslimin di dalam ilmu ini lebih kuat.[4]
C.    Sisi ilmiah Al-Qur`an dalam kajian Ilmu Kalam
Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur`an banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya QS. Al-Ikhlas (112): 3-4, ayat ini menunjukkan bahwa :”Tuhan tidak beranak dan tidak di peranakkan serta yidak ada sesuatupun di dunia ini yang tampak sejajar dengan-Nya”.
Ayat tersebut berkaitan dengan dzat dan hal-hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rincinya tidak ditemukan. Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapatdalam menginterprestasikan rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ketuhana itu di sistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah ilmu yang di kenal dengan istilah ilmu kalam.
Dengan demikian, ilmu kalam dengan Al-Qur`an adalah ilmu yang saling berketerkaitan yang tidak bisa dipisahkan, karena sumber dari ilmu kalam adalah Al-Qur’an dan hadits. Al-Qur’an sendiri di dalam isinya banyak membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan baik berupa dzat, sifat, asma, perbuatan dan tuntunan sedangkan ilmu kalam juga membahas keesaan Allah swt.

 
D. Relasi ilmu kalam dengan khazanah kebudayaan Yunani
Yunani lahir jauh sebelum Islam datang. Yunani melahirkan tokoh-tokoh terkenal dalam pemikiran filsafat, dan ilmu filsafat itu sebenarnya sangat dekat dengan ilmu kalam karena objek yang ditelitinya, contohnya seperti tentang Tuhan, manusia dan sebagainya. Kajian antara ilmu filsafat dan ilmu kalam tidak jauh berbeda. Perangkatnya juga sama, yaitu menggunakan rasionalitas. Umat Islam muncul belakangan setelah peradaban Yunani melahirkan sebuah rancang bangun pemikiran keislaman yang tidak bisa dilepaskan dari kontaks peradaban sebelumnya, yaitu peradaban Yunani.
Yunani mengalami masa-masa kejayaan dan kesuraman. Sebut saja dunia barat, dunia barat pada abad pertengahan di abad 6 M, yaitu 600 tahun setelah kelahiran Yesus. Pada waktu itu dunia barat mengalami kemunduran berkecil. Pada abad pertengahan dunia barat adalah negara yang sangat jauh tertinggal dari segi pemikiran produk-produk teknologinya. Hal itu disebabkan karena pada abad pertengahan, kekuasaan gereja melebihi kekuasaan negara. Sehingga pada waktu itu muncullah istilah yang menyebutkan bahwa tidak ada keselamatan di luar gereja. Itu adalah dokrin yang paling dipakai sebagai landasan oleh gereja pada waktu abad pertengahan. Salah satu ciri dari gereja adalah mereka menentang rasionalitas. Mereka juga menentang ilmu filsafat, termasuk filsafat Yunani. Kebencian gereja dan ciri khas gereja yang sangat kaku menyebabkan hak-hak individu orang Eropa untuk berpikir, berpendapat dan menjalankan agama lebih bebas terkungkung oleh peraturan gereja yang menerapkan donkrin agama yang kaku. Sehingga kekuasaan gereja pada waktu itu seolah-olah lebih dominan dari kekusaan negara. Bahkan dalam hal tertentu gereja bakat minatnya sangat menentang ilmu pengetahuan, karena pada awalnya ilmu pengetahuan adalah berasal dari ilmu filsafat lalu kemudian memproduk menjadi ilmu pengetahuan atau ilmu sains. Galileo Galilei dibunuh karena tidak sependapat dengan pemahaman gereja tentang ilmu astronomi. Itu menjadi ciri khas abad pertengahan.
Gereja pada abad Reneisan atau abad pencerahan banyak yang menstinyalir bahwa abad kejayaan Eropa itu dipengaruhi oleh tokoh-tokoh Filosof-Filosof Muslim, pemikiran-pemikiran Kalam di dunia Islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai contoh, seperti mesin percetakan pertama di dunia dibuat oleh tokoh Yunani. Kebangkitan dunia eropa terpengaruhi atau termotivasi oleh pemikiran dan oleh masyarakat Islam. Walaupun orang Barat sering tidak mengakui bahwa kebangkitan Barat atau Eropa, atau masa-masa Renaisan (masa pencerahan) itu sedikit banya diisi oleh peradaban Islam yang sudah maju pada waktu itu. Pada masa reneisan, gereja tidak dominan lagi kekuasaannya dan sudah mulai terbatas disebabkan pelopor-pelopor bukan hanya dari luar gereja akan terapi dari dalam gereja itu sendiri. Lahirnya agama Kristen Protestan disebabkan mereka yang memprotes pencerahan di dunia Barat itu terjadi. Dengan adanya kejadian tersebut, kebudayaan Yunani yang sudah dimatikan oleh gereja mulai tumbuh kembali. Seperti ilmu filsafat, ilmu kalam mulai ditumbuhkan lagi sampai menuju revolusi industri. Tahapan-tahapan itu adalah yang paling pertama dilakukan adalah perubahan pemikiran yang mengarah pada produk. Salah catatan yang tidak bisa lepas dari sejarah adalah salah yang menjadi kebangkitan negara Eropa adalah tokoh-tokoh Islam. Bukan hanya pemikiran Yunani. Bahkan budaya Arab pun sebelum Islam datang juga mempengaruhi pemikiran Islam. Contoh yang paling umum adalah dalam segi berpakaian seperti menggunakan sorban, banyak yang bilang penggunaan sorban adalah sunnahnya Rasul, padahal itu bukan sunnah, sebab cara berpakaian tersebut telah dipakai orang Arab jauh sebelum lahirnya nabi Muhammad. Hadits Nabi misalnya peliharalah jenggotmu dan buanglah kumismu, yang disebut dengan memelihara itu adalah menjaga bukan menumbuhkan, namun karena pemahaman mereka yang berlebih-lebihan, karena Rasul berjenggot mereka pun mengikutinya sampai memnggunakan obat-obatan untuk menumbuhka jenggot. Itulah yang disebut dengan akomodasi, dan ada istilah asimilasi yang terdapat dalam tradisi Islam. Akomodasi berarti budaya lokal yang dimasuki oleh non Islam. Sedangkan asimilasi adalah budaya Islam yang disentuhi oleh budaya lokal. Misalnya melakukan memperingati berapa hari setelah seseorang meninggal dunia. Padahal kepercayaan itu adalah pengaruh dari budaya Budha. Sebab pada zaman dulu, seperti Dinanisme percaya akan aktivitas roh orang yang sudah meninggal. Tapi setelah sentuhan Islam masuk, dalam kontaks akomodasi, maka tradisi itu tidak hilang tetap ada angka-angkanya, seperti ada hari ke-3, ke-7, dan seterusnya. Tapi ada susupannya juga, ada yasinnya, do’anya, dan sebagainya. Namun berbeda dengan acara pernikahan, sebab acara pernikahan harus mengikuti budaya lokal. Jadi yang menjadi produk Ilmu Klam tidak bisa lepas dari produk-produk sebelmnya, termasuk Arab. Bahkan kata” Allah” sendiri di dalam Al-qur’an, bagi orang Arab itu sendiri sebelum Nabi Muhammad lahir sudah ada kata “Allah”.


E. Relasi ilmu kalam dengan khazanah kebudayaan Arab
Ilmu kalam sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum dikenal pada masa Nabi Muhammad saw. Maupun pada masa sahabat-sahabatnya, akan tetapi baru dikenal pada masa berikutnya, setelah ilmu-ilmu keislaman yang lain satu persatu muncul. Dan setelah orang banyak membicarakan tentang kepercayaan alam ghaib (metafisika). Setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran rasional dalam Islam.  Yaitu  pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama. Sebelumnya, pada masa Bani Umayyah, aliran-aliran teologi (Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah) sudah ada, akan tetapi perkembangan pemikirannya masih terbatas.
  Para ulama disetiap ummat berusaha memelihara dan meneguhkannya dengan aneka ragam dalil yang dapat mereka kemukakan. Tegasnya ilmu teologi ini dimiliki oleh seluruh ummat. Hanya saja, dalam kenyataanynyalah yang berbeda-beda. Ada yang lemah, ada yang kuat, ada yang sempit, ada yang luas menurut keadaan masa dan keadaan hal-hal yang mepengaruhi perkembangan ummat, seperti tumbuhnya bermacam-macam rupa pembahasan.
Adapun ilmu menetapkan ‘aqidah-‘aqidah islamiyah dengan jalan mengemukakan dalil-dalil dan mempertahankan dalil-dalil itu, maka ilmu ini terus tumbuh bersama dengan tumbuhnya agama islam dan ilmu ini pun dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh yang mempengaruhi jalan pikiran ummat manusia dan keadaan-keadaan mereka.
Persoalan munculnya Theologi Islam tidak sekaligus muncul, dan pada masa-masa pertama berdirinya belum jelas dasar-dasarnya. Baru setelah melalui beberapa fase, maka ia mengenal berbagai golongan dan aliran dam setelah kaum muslimin selama kurang lebih tiga abad lamanya melakukan berbagai perdebatan, baik antara sesama mereka maupun dengan lawan-lawannya dan pemeluk agama lain, dan akhirnya kaum Muslimin sampai pada suatu ‘ilmu yang menjelaskan dasar-dasar ‘aqidahnya juga perinciannya. Setelah masa itu mereka terbawa oleh berbagai faktor, baik faktor keislaman atau bukan, faktor politik atau sosial. 

DAFTAR PUSTAKA

A.      Hanafi, 1974. Theology Islam, Jakarta: Bulan Binttang,
Abdullah amin, 1995 falsafah kalam, yogyakarta, pustaka setia bandung
Rozak Abdul, dkk. 2009I.lmu Kalam (UIN, STAIN, BANDUNG).Bandung:Pustaka Setia Bandung.
http://makalahilmukalam.blogspot.com/2011/10/eng.html 






[1] Abdullah amin,  falsafah kalam, (yogyakarta, pustaka setia bandung, 1995)
[2] A. Hanafi, Theology Islam, (Jakarta: Bulan Binttang, 1974), hal.10.
[3] Ibid, hal 12.
[4]Ibid, hal. 13-19.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MAKALAH AL-QUR`AN DAN KONTRIBUSINYA DALAM KAJIAN ILMU KALAM"

Post a Comment

/* script Youtube Responsive */