Makalah Debat Lengkap

Makalah Debat Lengkap
Masalah Debat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
                Proses pembelajaran saat ini kurang memiliki daya tarik. Kurang menariknya pembelajaran karena 2 hal. Pertama, pembelajaran yang dirancang oleh guru tidak dapat memacu keingintahuan siswa untuk membedah masalah seputar lingkungan sosialnya sekaligus dapat membentuk opini pribadi terhadap masalah tersebut. Kedua, guru memposisikan diri sebagai pribadi yang menggurui, belum memerankan diri sebagai fasilitator yang membelajarkan siswa.

Setiap keterampilan itu berhubungan erat pula dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti berlatih pula keterampilan berfikir. (Tarigan, 1980:1; Dawson {et al}, 1963: 27). Pembelajaran peningkatan keterampilan berbahasa dikembalikan pada peningkatan keterampilan berbahasa. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari pada saat sebelum memasuki sekolah.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di lingkup sekolah dibutuhkan berbagai variasi teknik yang harus dikuasai oleh seorang guru agar proses belajar yang tercipta di kelas menjadi lebih dinamis dan bernuansa interaktif. Selain itu, variasi teknik yang digunakan juga harus dapat membantu siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dalam fase remaja sesuai dengan pedoman psikologi individu. Beberapa diantara tugas perkembangan tersebut menjadi landasan terciptanya metode pembelajaran kooperatif yang mengedepankan kerja sama dari para peserta didik sehingga tercipta nuansa kelas yang dinamis, interaktif, dan dapat menjadi faktor stimulan agar peserta didik dapat mengembangkan pola pikir yang kritis.
Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan seseorang, yang hanya didahului dengan keterampilan menyimak. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat dengan kosa kata yang diperoleh oleh seseorang; melalui kegiatan menyimak dan membaca. Kekurang matangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Perlu kita sadari pula bahwa keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara aktif yang efektif banyak persamaan dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif.
Debat adalah sebuah tahapan yang harus dilalui oleh penyedia jasa konstruksi untuk dapat mengerjakan sebuah proyek. Di dalam proses debat ini penyedia jasa konstruksi atau calon kontraktor mengajukan penawaran agar dapat pemahaman tentang debat dan penggunaan keterampilan bahasa memperoleh proyek tersebut. Namun dalam proses debat sering terjadi kesalahan-kesalahan yang dilakukan peserta debat. Hal ini diakibatkan karena pemahaman terhadap bahasa yang kurang baik, sehingga kurang di perhatikan oleh para owner.
Hingga saat ini, terdapat berbagai macam model yang digunakan dari turunan metode pembelajaran tipe kooperatif. Salah satu dari model yang berkembang dan sering digunakan pada kegiatan belajar mengajar adalah debat. Debat digunakan pendidik dalam upaya menumbuhkembangkan pola pikir kritis dan kemampuan kerja sama antar peserta didik dalam bentuk kelompok. Perkembangan model pembelajaran debat saat ini masih barlangsung, bahkan model ini diterapkan hingga menjadi jenis kompetisi antar pelajar hingga tingkat dunia. Oleh karena itu, penulis mencoba membahas metode pembelajaran debat.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah:
  1. Apa yang dimaksud dengan dabat?
  2. Apa saja norma-norma debat?
  3. Bagaimana mekanisme metode pembelajaran debat?
  4. Bagaimana efektivitas metode pembelajaran debat dalam meningkatkan partisipasi siswa?
  5. Apa perbedaan debat dan diskusi?

1.3  TUJUAN

Makalah ini disusun dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Berbicara
1.   Untuk mengetahui mekanisme metode pembelajaran debat
2.   Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran debat dalam meningkatkan partisipasi siswa
3.    Mengetahui perbedaan debat dan diskusi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.PENGERTIAN DEBAT
Setelah anggota suatu kelompok mempergunakan teknik diskusi untuk mencapai penyelesaian yang paling baik terhadap suatu masalah, maka mereka pun memakai prinsip-prinsip debat untuk mempengaruhi orang lain di luar kelompok untuk menerima usul yang terpilih itu. Teknik yang satu tidak dapat digantikan oleh yang lainnya. Keduanya mempunyai bidang masing-masing yang tidak dapat dipertukarkan.

Istilah debat berasal dari bahasa Inggris, yaitu debate. Istilah tersebut identik dengan istilah sawala yang ebrasal dari bahasa Kawi yang berarti berpegang teguh pada argumen tertentu dalam strategi bertengkar atau beradu pendapat untuk saling mengalahkan atau memenangkan lidah. Jadi, definisi dari debat sendiri adalah suatu cara untuk menyampaikan ide secara logika dalam bentuk argumen disertai bukti.

Berdasarkan beberapa kajian dan kasus yang dihadapi pada berbagai kondisi, dapat disimpulkan bahwa debat memiliki pengertian sebagai berikut:
1.    Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara individual maupun kelompok dalam mendiskusikan dan memecahkan suatu masalah. Debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri
2.    Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana antara satu pihak dengan pihak yang lain saling menyerang (opositif).
3.    Debat terjadi dimana unsur emosi banyak berperan. Pesertanya kebanyakan hanya hendak mempertahankan pendapat masing-masing dibandingkan mendengar pendapat dari orang lain dan berkehendak agar peserta lain menyetujui pendapatnya. Oleh karena itu, dalam debat terdapat unsur pemaksaan kehendak.
4.    Debat adalah aktivitas utama dari masyarakat yang mengedepankan demokratik.
5.    Sebuah kontes antara dua orang atau grup yang mempresentasikan tentang argumen mereka dan berusaha untuk mengembangkan argumen dari lawan mereka.

            Adapula debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.
                Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan ("format") yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.

            Debat kompetitif dalam pendidikan tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).

            Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri.

2.2.PENGGUNAAN DEBAT
Dalam masyarakat demokratis, debat memegang peranan penting dalam:

Ø  Perundang-undangan.
Amandemen-amandemen dapat diketengahkan dan debat perlu tidaknya mengenai amandemen-amandemen akan mendahului tindakan yang akan diambil terhadapnya. Kalau dalam perdebatan kedua belah pihak mengemukakan suatu analisis yang lengkap mengenai kegunaan dan kelemahan rencana undang-undang itu, maka para pembuat undang-undang (legislator) haruslah siap melaksanakan pemungutan suara (voting) terhadap masalah itu.

Ø  Politik.
Selama kampanye-kampanye politik berlangsung, debat-debat bersama memudahkan para pemilih atau pemberi suara mendengar para calon yang bertentangan saling mempertahankan pendapat dan menyerang kelemahan lawan.

Ø  Bisnis.
Dewan pimpinan dan komite-komite eksekutif dalam suatu perusahaan, disamping diskusi, mempergunakan juga debat untuk memperoleh keputusan dalam berbagai kebijakan.

Ø  Hukum.
Dalam kantor-kantor pengadilan, kehidupan seseorang sering kali tergantung pada debat yang terjadi antara pihak penuntut dan pembela, dimuka dewan juri atau hakim, hak-hak milik, hak-hak penduduk, tuntutan-tuntutan kerugian, dan banyak lagi masala h kewarganegaraan yang membutuhkan keputusan hakim.

Ø  Pendidikan.
Pada beberapa kampus perguruan tinggi di universitas, debat telah menjadi suatu sarana penting untuk memperkenalkan komunitas atau masyarakat tersebut dengan masalah-masalah yang hangat diperbincangkan dalamkehidupan sehari-hari. Debat yang demikian bermanfaat sekali apabila dibarengi oleh komentor-komentor yang terperinci, analitis oleh suatu panel yang terdiri dari tiga atau empat orang ahli dan dilanjutkan dengan forum tanya jawab. (Mulgrave, 1954 :64-65)

2.3     METODE PEMBELAJARAN DEBAT
            Pada tingkat sekolah menengah atas, pola pikir siswa harus mulai dibangun membentuk karakter yang kritis dan cepat tanggap terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Biasanya, ketika siswa diajak memecahkan suatu kasus permasalahan yang menuntut sebuah keputusan untuk diambil, akan terbagi menjadi 3 buah kubu. Siswa kubu pendukung suatu keputusan (biasanya disebut kelompok Pro), siswa kubu penolak (kelompok Kontra), dan kubu netral yang mengambil sikap “cari aman” dengan tidak memilih pihak manapun.
            Dengan pembelajaran smetode debat, siswa dibentuk menjadi hanya dua jenis kelompok yaitu Pro dan Kontra.
            Berikut ini adalah langkah-langkah debat yang biasanya diterapkan di kelas dalam lingkup sekolah menengah atas:
1.    Guru membagi siswa menjadi dua kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra.
2.    Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok di atas.
3.    Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4.    Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
5.    Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.
6.    Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat

Kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Dengan adanya acuan teknis diatas, dapat dilihat bahwa model debat mengadopsi gabungan dari beberapa metode pembelajaran seperti Diskusi, Ceramah, dan Pembelajaran Kooperatif.

2.4  JENIS-JENIS DEBAT
   Berdasarkan bentuk maksud dan metodenya debat diklasifikasikan menjadi: (a). Debat parlementer/majelis; (b). Debat pemeriksaan ulangan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan terdahulu; dan (c). Debat formal, konvensional, atau debat pendidikan.
Ketiga tipe ini dipergunakan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, namun debat parlementer merupakan ciri-ciri badan legislatif. Debat pemeriksaan ulangan adalah suatu teknik yang dikembangkan di kantor-kantor pengadilan dan debat formal berdasarkan pada konversi-konversi debat bersama secarapolitis (Mulgrave, 1954 :650).
a.       Debat Majelis atau Debat Parlementer.
Maksud dan tujuan debat majelis adalah untuk memberi dan menambah dukungan bagi undang-undang tertentu dan semua anggota yang ingin menyatakan pandangan dan pendapatnya, berbicara mendukung atau menentang usul tersebut setelah mendapat izin dari majelis. Pembatasan-pembatasan waktu berdebat dapat diatur oleh tindakan parlementer majelis itu.
b.      Debat Pemeriksaan Ulangan
Debat ini merupakan suatu bentuk perdebatan yang lebih sulit dan menuntut persiapan yang lebih matang dari pada gaya perdebatan formal.Prosedurnya adalah sebagai berikut:
Ø  Pembicara afirmatif yang pertama menyampaikan pidato resminya. Segera setelah itu, dia diperiksa dengan teliti oleh pembicara negatifyang pertama.
Ø  Setelah tujuh menit pemeriksaan, sang penanya diberi kesempatan selama empat menit untuk menyajikan kepada para pendengar pengakuan-pengakuan apa yang telah diperolehnya dengan pemeriksaan ulang itu. Dia dibatasi pada apa-apa yang telah diperolehnya secara aktual dengan pengakuan-pengakuan itu, dan tidak diperkenankan memperkenalkan fakta-fakta atau argumen-argumen baru.
Ø  Selanjutnya, anggota pembicara negatif yang kedua mengemukakan kasus negatif, dan seterusnya diteliti ulang oleh pembicara afirmatif yang kedua. Teknik ini memang agak sulit dan menuntut keterampilan berbahasa yang tinggi yang ada hubungannya dengan pokok permasalahannya.
Maksud dan tujuan debat ini adalah mengajukan serangkaian pertanyaan yang satu dan lainnya berhubungan erat, yang menyebabkan para individu yang ditanya menunjang posisi yang hendak ditegakkan dan diperkokoh oleh sang penanya. Setiap pertanyaan haruslah disampaikan dengan tepat dan jawabanya haruslah singkat, lebih disukai ya atau tidakBatas waktu dari setiap pembicara telah ditetapkan sebelumnya, biasanya 8-15 menit perorang.
c.       Debat Formal
Tujuan debat formal adalah memberi kesempatan bagi dua tim pembicara untuk mengemukakan kepada para pendengar sejumlah argumen yang menunjang atau membantah suatu usul. Setiap pihak diberi jangka waktu yang sama bagi pembicara-pembicara konstruktif dan bantahan.

2.5    KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE DEBAT
            Beberapa kelebihan dari model pembelajaran debat diantaranya adalah:
1.    Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2.    Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3.    Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
            Selain itu juga terdapat kekurangan dalam model pembelajaran debat, diantaranya adalah:
1.    Ketika menyampaikan pendapat saling berebut.
2.    Terjadi debat kusir yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi.
3.    Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif.
4.    Menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesi debat antar kelompok.
5.    Perlunya tema yang mudah dipahami oleh siswa.
6.    Tema haruslah dapat diperdebatkan.
7.    Perataan siswa dalam kelompok terkadang tidak heterogen.

2.6      SYARAT-SYARAT SUSUNAN KATA PROPOSIS
Proposisi atau usul menentukan ruang lingkup dan pembatasan-pembatasan suatu perdebatan. Bergantung kepada tipe debat yang dilaksanakan, maka suatu usul mungkin merupakan suatu emosi, suatu resolusi, atau suatu rancangan undang-undang yang akan diputuskan oleh suatu majelis parlementer. Sang pembicara hendaklah meneliti agar usulnya sudah jelas memenuhi tuntutan-tuntutan atau syarat-syarat tersebut, yaitu:
1)      Kesederhanaan
Usul-usul yang rumit dan berbelit menyebabkan analisis yang sukar. Semakin sederhana suatu pernyataan maka semakin bergunalah bagi perdebatan yang sedang berlangsung.
2)      Kejelasan
Pernyataan-pernyataan yang samar-samar dan tidak jelas menimbulkan beragam penafsiran yang timbul dalam perdebatan yang membingungkan.
3)      Kepadatan
Kata-kata hendaklah dipergunakan sedikit dan sepadat mungkin. Terlalu bertele-tele atau panjang lebar akan mengakibatkan suatu usul menjadi tidak praktis dan menyebabkan salah pengertian.
4)      Susunan kata afirmatif
Usul yang negatif seakan-akan dapat memutar balikkan posisi-posisi afirmatif dan negatif. Susunan kata suatu usul hendaklah bersifat afirmatifatau mengiyakan jangan bersifat negatif atau meniadakan.
5)      Pernyataan Deklaratif
Suatu pernyataan yang tegas lebih disukai, lebih baik daripada suatu pertanyaan. Pertanyaan pada umumnya dipergunakan bagi diskusi karena maksud dan tujuannya adalah menyelidiki. Pernyataan diperlukan bagi debat karena maksud dan tujuan adalah untuk menyokong dan membela.
6)      Kesatuan
Sebuah gagasan tunggal sudah cukup bagi satu perdebatan. Misalnya usul “Badan pembuat undang-undang haruslah mengadakan pemilihan wajib dan haruslah membuat regristrasi tetap” menga
ndung dua pokok perdebatan yang berbeda: “pemilihan wajib” dan “registrasi tetap”.
7)      Usul Khusus
Usul-usul yang bersifat umum akan mengakibatkan perdebatan-perdebatan yang terpencar dan tidak memuaskan.
8)      Bebas dari Prasangka
Bahasa yang berprasangka akan memperkenalkan asumsi-asumsi atau pelanggaran yang tidak tepat ke dalam usul.
9)      Tanggung jawab untuk memberikan bukti yang memuaskan terhadap afirmatif
Susunan kata usul hendaknya dibuat sebaik dan secepat mungkin sehingga pembicara afirmatif akan menganjurkan serta menyokong suatu perubahan.

2.7      POKOK-POKOK PERSOALAN
Untuk memperoleh pokok-pokok persoalan yang menarik serta merangsang bagi suatu perdebatan, pembicara sepatutnya mempertimbangkan masak-masak mengapa usul atau proposisi yang dikemukakannya merupakan masalah penting bagi perdebatan pada saat ini. Pembicara haruslah membatasi secara tegas dan tepat segala istilah yang terdapat pada proposisi tersebut. Dia harus menentukan dengan tegas apa yang harus diakui/diterima, dilepaskan, atau dikeluarkan karena tidak ada hubungannya dengan masalah yang dikemukakan. Masalah-masalah utama akan membuahkan pokok-pokok persoalan dasar dalam perdebatan dan selanjutnya membimbing ke arah pokok-pokok persoalan tambahan.
Terhadap usul-usul yang ada kaitanya dengan kebijaksanaan, biasanya tiga persediaan pokok persoalan dapat dimanfaatkan, yaitu:
a.       Apakah diperlukan suatu perubahan.
b.      Apakah usul itu menawarkan terbaik yang mungkin dibuat.
c.       Apakah usul itu memberikan kerugian-kerugian yang lebih besar ketimbang keuntungan-keuntungan yang diharapkan.

2.8 EFEKTIVITAS METODE DEBAT DALAM MENINGKATKAN
PARTISIPASI SISWA
            Pembentukan pola pikir kritis dan kerja sama antar kelompok dapat lebih ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran debat di kelas. Kelebihan model ini lebih banyak mengeksplorasi kemampuan siswa dari segi intelektual dan emosi siswa dalam kelompok kerjanya, sehingga pembentukan kerja sama antarsiswa, pola pikir kritis, dan pemahaman etika dalam berpendapat dapat diperoleh dalam pembelajaran di kelas.
            Namun disamping berbagai kelebihan yang diberikan oleh model pembelajaran debat ini, ada beberapa kekurangan yang memerlukan peran dari seorang guru untuk mereduksinya.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan efektivitas metode pembelajaran debat dalam meningkatkan partisipasi siswa.


2.9    PERBEDAAN DISKUSI DAN DEBAT
1.              Diskusi
            Diskusi adalah metode untuk memecahkan permasalahan dengan proses berpikir secara berkelompok atau bersama-sama sehingga menghasilkan penyelesaian atau penjelasan secara mufakat. Diskusi dilakukan dengan cara para peserta mengutarakan pendapatnya tentang permasalahan yang dibahas, kemudian dilakukan proses berpikir bersama-sama, sehingga tercapailah suatu kesimpulan secara mufakat.
            Tujuan dalam  berdiskusi mencari penyelesaian suatu masalah dan penyamaan persepsi, sehingga akan diperoleh kesimpulan melalui jalan mufakat. Selain itu, diskusi bertujuan untuk menghasilkan ide-ide dan memperoleh informasi serinci mungkin melalui pendapat yang dikemukakan oleh peserta diskusi.
            Ciri-ciri diskusi, yaitu:
a)      Tidak adanya pihak pro dan kontra
b)      Bertujuan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama, sehingga diperoleh kesimpulan secara mufakat.
c)      Adanya forum terbuka untuk melakukan sesi tanya jawab yang bertujuan untuk memperoleh informasi tambahan.
d)     Hasil diskusi diperoleh melalui musyawarah mufakat.
e)      Adanya moderator atau ketua diskusi yang berperan sebagai pengontrol jalannya diskusi agar diskusi tertib dan tidak keluar dari tema diskusi.
            Etika berdiskusi, yaitu:
a)      Mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dengan cara memperdalam bahan-bahan atau materi yang didiskusikan
b)      Berbahasa yang baik, benar dan komunikatif
c)      Tetap pada tema, jangan keluar dari persoalan yang didiskusikan
d)     Tanyakan hal yang kurang jelas
Contoh Diskusi
            Diskusi umumnya dilakukan di sekolahan, yaitu di kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah gambaran dari sebuah diskusi yang dilakukan siswa A kelas 2 SMP setelah menyaksikan rekaman drama, kemudian guru meminta siswa-siswa di kelas tersebut untuk mendiskusikan tema drama tersebut.
Alifia: " Setelah mendengar pendapat teman-teman, saya cenderung menyatakan tema drama ini adalah masalah keadilan dan kebenaran”. Secara lengkap dapat diuraikan  bahwa dalam sebuah negara harus ada pemimpin yang jujur, adil, serta berani menentang kejahatan. "
Joko: "Saya sependapat dengan Saudari Alifia. Namun, saya ingin menambahkan bahwa tema yang ditampilkan ternyata mencakup juga masalah sosial."
Moderator: "Terima kasih Saudari Alifia dan Saudara Joko. Saya kira kita sudah sependapat menentukan tema drama tersebut. Jadi, kesimpulan tema drama tersebut adalah keadilan, kebenaran, dan masalah sosial dalam negara.
2.             Debat
            Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara pihak yang berpandangan affirmatif (mendukung topik) dan negatif (tidak mendukung topik), baik secara perorangan maupun kelompok, terhadap permasalahan yang dibahas, sehingga salah satu pihak dapat memperoleh kemenangan. Debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasilnya diperoleh melalui voting atau keputusan juri.
            Tujuan berdebat adalah salah satu pihak berhasil memperoleh kemenangan melalui  adu argumentasi. Tiap-tiap pihak saling menyampaikan argumennya disertai dengan bukti yang mendukung, sehingga pihak tersebut mampu menguatkan pendapatnya dan mematahkan pendapat lawan.
            Ciri-ciri debat, yaitu:
a)      Terdapat dua sudut pandang, yaitu affirmatif (pihak yang menyetujui topik) dan negatif (pihak yang tidak menyetujui topik)
b)      Adanya suatu proses saling mempertahankan pendapat antara kedua belah pihak
c)      Adanya saling adu argumentasi yang tujuannya untuk memperoleh kemenangan
d)     Hasil debat diperoleh melalui voting atau keputusan juri
e)      Sesi tanya jawab bersifat terbatas dan bertujuan untuk menjatuhkan pihak lawan
f)       Adanya pihak yang berperan sebagai penengah yang biasanya dilakukan oleh moderator
            Etika Berdebat 
a)      Dalam berdebat, harus diperhatikan beberapa etika, yaitu:
b)      Berfikir logis dan memiliki pengetahuan yang mendukung permasalahan yang dibahas dalam debat
c)      Mampu berbahasa dengan baik, benar dan komunikatif serta tanggap terhadap respon yang diterima
d)     Dilarang menyangkut pautkan pembahasan dengan SARA


Contoh Debat
            Dalam ruang sidang, kita bisa melihat bagaimana jaksa dan pembela saling berdebat mengeluarkan berbagai macam argumentasi. Pembela berusaha untuk membuktikan bahwa yang dibelanya itu benar/tidak bersalah dengan menghadirkan bukti-bukti dan melontarkan argumen yang mampu mematahkan argumen jaksa, sehingga pembela dapat memperoleh kemenangan. Kemudian, jaksa berusaha untuk menguatkan pendapatnya melalui penyampaian pasal-pasal yang memberatkan pembela. Sedangkan hakim bertindak sebagai penengah sekaligus juri yang akan memutuskan siapa yang menang.

2.10    PERSIAPAN LAPORAN SINGKAT
Hal ini dimaksudkan untuk merekam bentuk kalimat uraian mengenai usul yang diajukan oleh pembicara. Laporan singkat dapat mencerminkan yang sewajarnya, maka seorang pembicara pun telah mengetahui setiap aspek masalah yang berhubungan dengan masalah lainnya. Pembicara hendaklah mempersiapkan laporan singkat afirmatif dan negatif untuk mengetahui kasus bagi kedua belah pihak.
1.      Bentuk dan pengembangan laporan
Laporan singkat hendaknya mempergunakan simbol-simbol yang tetap dengan susunan: angka-angka romawi, huruf-huruf kapital, huruf-hurufarab, dan huruf-huruf non kapital. Dalam pendahuluan hubungan maju langkah demi langkah dari umum ke khusus menuju penalaran-penalaran terhadap fakta-fakta. Segala pernyataan haruslah diserasikan dengan baik.

2.      Bagian-bagian laporan
Suatu laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu:
a)      Pendahuluan
Yang biasanya terdiri dari:
Þ    alasan pengadaan diskusi.
Þ    asal usul masalah.
Þ    batasan istilah-istilah.
Þ    masalah yang diakui.
Þ    hal-hal yang tidak relevan.
Þ    pendirian-pendirian utama pihak afirmatif.
Þ    pokok-pokok permasalahan.

b)      Isi
Isi laporan membuat argumen-argumen dan fakta-fakta penunjang bagi pihak afirmatif dan negatif. Argumen utama merupakan jawaban-jawaban terhadap pokok-pokok persoalan. Untuk menguji hubugan setiap argumen kata sebab atau karena dapat disisipkan di belakang setiap pernyataan dalam isi laporan.

c)      Kesimpulan
Kesimpulan laporan mengikhtiarkan secara berurutan argument-argumen utama dalam bentuk “anak kalimat sebab“ atau “klausa selagi” yang diikuti atau “maka dengan demikian”. Bagian afirmatif dan negatif masing-masing mempunyai kesimpulan sendiri, yang jelas bertentangan satu dan lainnya.


2.11     PERSIAPAN PIDATO DEBAT
Para anggota debat haruslah mempersiapkan dua jenis pidato yang berbeda yaitu:
1.      PidatoKonstruktif
Setiap anggota debat haruslah merencanakan suatu pidato konstruktif yang diturunkan dari argument-argumen dan fakta-fakta dalam laporannya serta disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan para pendengarnya maupunargumen-argumen yang timbul dari para penyanggahnya.
Pidato-pidato hendaklah tetap bersifat fleksibel pada pendahuluan sanggahan kalau perlu dan juga bagi kesinambungan penyesuaian terhadap argumen-argumen yang dikemukakan oleh oposisi. Karena waktu yang tersedia bagi pembicara atau pidato debat memang terbatas, masalah yang dipilih serta usul yang diajukan dalam pengembangan kasus merupakan pertimbangan-pertimbangan penting, merupakan konsiderasi-konsiderasi utama. Hal-hal yang harus ditekankan, fakta-fakta yang paling persuasif, minat serta kepercayaan umum atau khusus para pendengar yang dapat dimanfaatkan, serta susunan ide-ide yang akan dapat menimbulkan daya pikat yang paling kuat.

Untuk menemui serta memenuhi segala tuntutan bagi persiapan pidatonya, pembicara debat hendaklah menelaah baik masalah-masalah yang bersifat argumentatif maupun yang persuasif. Di mana akan menemui segala hal yang perlu sekali bagi persiapan pidato, dalam pembuktian kasusnya, dalam penemuan oposisi, dan dalam menarik perhatian serta meyakinkan para pendengar.

2.      Pidato Sanggahan
Dalam pidato sanggahan tidak diperkenankan adanya argument-argumen konstruktif yang baru. Akan tetapi fakta-fakta tambahan demi memperkuat yang telah dikemukakan dapat diperkenalkan dalam mengikhtisarkan kasus tersebut.

Pidato sanggahan tidak dapat dikatakan baik dan sempurna kalau ternyata gagal memperlihatkan kekuatan kasus tersebut secara keseluruhan. Sang pembicara hendaknya mengakhiri serta menyimpulkan pembicaraannya dengan cara mengarahkan kembali perhatian para pendengar kepada pokok-pokok persoalan utama dalam perdebatan itu dan dengan jalan memperlihatkan secara khusus bagaimana pembuktiannya menjawab masalah-masalah tersebut secara lebih memuaskan ketimbang yang dilakukan oleh kasus penentang atau oposisinya itu.

2.12    SIKAP DAN TEKNIK BERDEBAT
Para anggota debat yang tidak berpengalaman sering kali menimbulkan kebencian para pendengar karena sikap mereka yang suka bertengkar, suka bercekcok, dan menganggap dirinya selalu benar. Seorang pedebat haruslah bersifat rendah hati, wajar, ramah, dan sopan tanpa kehilangan kekuatan dalam argumen-argumennya. Dia harus menghindarkan pernyataan yang berlebih-lebihan terhadap kasusnya dan mempergunakan kata-kata dan ekspresi-ekspresi yang samar-samar yang tidak di kehendaki oleh fakta-fakta nya.

Dalam hal ini mereka menghadapi kemungkian dan bukan kepastian mereka harus yakin bahwa tidak mengemukakan sesuatu yang tidak ingin dan tidak dapat diterima oleh para pendengar. Para anggota debat tidak mengizinkan diri mereka berbuat marah karena adanya sindiran tajam ataupun tuduhan tidak langsung dari para lawan mereka. Sikap tenang dan santai serta sopan santun terhadap para lawan dan para pendengar akan menimbulkan kesan yang paling baik.

Pada setiap peristiwa pembicara harus mengingat bahwa tujuan utamanya adalah komunikasi langsung dan persuasif dengan para pendengarnya. Harus dijaga benar-benar agar tujuan utama ini jangan tersingkir oleh hal-hal kecil yang tidak penting sama sekali.

2.13     KEPUTUSAN
Dalam suatu badan legislatif, keputusan terhadap suatu perdebatan diadakan dengan cara pemungutan suara atau voting, resolusi, atau rancangan undang-undang. Dalam kantor pengadilan keputusan yang diambil oleh hakim atau juri. Dalam perdebatan-perdebatan yang berhubungan dengan pendidikan, keputusan mempunyai jenis yang beraneka ragam. Beberapa perdebatan diadakan tanpa suatu keputusan resmi di antaranya:
1.           Jenis-jenis keputusan pada perdebatan antar perguruan tinggi.
Pada perdebatan antar perguruan tinggi, keputusan dapat diambil dengan cara pemungutan suara dari pendengar, suatu komite hakim atau juri maka seorang hakim juga dapat menyajikan suatu kritik yaitu
:
a.          Keputusan oleh para pendengar. Apabila suatu pemungutan suara dilemparkan kepada para pendengar, maka kepeda mereka dapat diminta untuk mengemukakan pendapat terhadap usul itu sendiri setelah mempertimbangkan argumen pada kedua belah pihak, atau kegunaan perdebatan, ataupun keduanya.
b.         Keputusan oleh para hakim. Karena para pendegar belum tentu merupakan orang yang ahli dalam teknik pengambilan keputusan mengenai manfaat perdebatan lebih baik keputusan seorang hakim yang ahli dalam teori perdebatan. Mereka mungkin mengadakan perundingan untuk mecapai suatu keputusan.
c.          Keputusan dengan kritik. Pada masa akhir ini telah sering diadakan keputusan dengan kritik. Seorang ahli mengenai argumentasi dan perdebatan diundang untuk memberikan suatu keputusan mengenai perdebatan itu dan suatu keputusan mengenai karya para pendebat. Diapun dapat mengomentari aspek dasar dan penampilan.

2.           Perdebatan tanpa keputusan resmi
Diskusi itu akan memperlihatkan sampai di mana taraf dan kemampuan para pendengar dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan akan mencerminkan butir-butir yang belum dibuat jelas, serta argumen-argumen yang tidak ditunjang secara memuaskan. Banyak perguruan tinggi yang lebih mengutamakan perdebatan tanpa keputusan karena mereka ingin memusatkan perhatian terhadap pemberitahuan atau pelaporan kepada para pendengar saja.

3.           Pentingnya keputusan
Orang-orang yang bertanggung jawab terhadap penataan perdebatan hendaknya memilih hakim-hakim yang berwenang dan tidak berprangsangka sehingga keputusan yang diambil benar-benar jujur, adil dan tepat sasaran. Penekanan yang berlebihan akan mengubah program perdebatan dan membuatnya menjadi pertandingan belaka.

2.14     TURNAMEN DEBAT
Turnamen debat mempunyai beberapa nilai yang berhubungan dengan pendidikan. Sebagai latihan tunggal suatu program debat memberi keuntungan yang tidak sedikit. Tetapi tujuan dari suatu masa perdebatan hal itu akan mengarah pada tujuan yang salah. Bahayanya ialah para pastisipan beranggapan bahwa keputusan yang memenangkannya merupakan kriteria utama keberhasilan.
1.      Prosedur turnamen debat
Prosedur yang lazim di suatu turnamen debat ialah turut mengundang beberapa lembaga untuk mengirimkan suatu tim afirmatif dan suatu tim negatif. Bagi perdebatan mengenai sebuah suatu tema, pasangan-pasangan yang berdebat sebaiknya adalah kelipatan empat, contohnya kita analogikan 16, masing-masing tim berarti mempunyai 16 perdebatan pada putaran pertama. Selanjutnya pada putaran kedua 16 tim pendebat dieliminasi oleh seorang hakim yang akhirnya didapatkan tim yang tersisih dan yang melanjutkan ke putaran kedua.

2.      Masalah-masalah dalam turnamen debat
Yang menjadi masalah pokok turnamen debat ini adalah menemukan sejumlah hakim yang cukup berwenang untuk memberi keputusan-keputusan yang akan mendapat respek. Masalah lain adalah daya tahan dari semua yang bersangkutan mewajibkan perdebatan yang berkesinambungan selama beberapa jam mengenai suatu masalah. Ketika para anggota debat beranggapan tujuan utama karir berbicara mereka selaku mahasiswa tingkat prasarjana, perdebatan itu hendaklah mempertimbangkannya serta menyesuaikannya dengan tujuannya.

2.15     NORMA-NORMA DALAM BERDEBAT DAN BERTANYA
1.      Norma-norma dalam berdebat
Semua pembicara hendaknya memiliki:
a.       Pengetahuan mengenai pokok pembicaraan.
b.      Kemampuan menganalisis.
c.       Pengertian mengenai prinsip-prinsip argumentasi.
d.      Apresiasi terhadap kebenaran fakta-fakta.
e.       Kecakapan menemukan buah pikiran.
f.        Keterampilan dalam membuktikan kesalahan.
g.       Keterarahan, kelancaran dalam penyampaian pidato (Mulgrave, 1954:75).

2.      Norma-norma bertanya
a.       Mengetahui yang akan didiskusikan sebelum bertanya.
b.      Bersungguh-sungguh dalam mencari informasi.
c.       Janganlah kita ingin menguji pembicara.
d.      Singkat dan tepat.
e.       Tidak terlalu berbelit-belit.
f.        Hindarkan pertanyaan dari prasangka emosional.
g.       Pertanyaan mempunyai tujuan tertentu yaitu mencari penjelasan dan fakta-fakta yang telah dikemukakan pembicara.
h.       Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan khusus.
i.         Hindarkan cara berfikir yang tidak masuk akal dengan tidak untuk mendemonstrasikan keterampilan kita sendiri (powers,1951:311).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1  KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa debat merupakan suatu argumen untuk  menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung/afirmatif, dan ditolak, disangkal, oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau negatif.
Metode pembelajaran debat termasuk metode pembelaran yang interaktif dan memaksa siswanya untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.Metode pembelajaran debat efektif dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa.
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara pihak yang berpandangan affirmatif (mendukung topik) dan negatif (tidak mendukung topik), baik secara perorangan maupun kelompok, terhadap permasalahan yang dibahas, sehingga salah satu pihak dapat memperoleh kemenangan. Sementara diskusi adalah metode untuk memecahkan permasalahan dengan proses berpikir secara berkelompok atau bersama-sama sehingga menghasilkan penyelesaian atau penjelasan secara mufakat.

3.2  SARAN
Penulis mempunyai saran-saran yaitu:
Ø  Sebaiknya dalam debat kita menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Ø  Jangan menggunakan emosi ketika berpendapat maupun menyanggah.
Ø  Menerima kritikan dan saran.


DAFTAR PUSTAKA
     Tarigan, Henry Guntur.1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
www.wikipedia.com
www.wordpres_model pembelajaran debat.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Debat Lengkap"

Post a Comment

/* script Youtube Responsive */