Makalah Proses Penyembuhan Luka

BAB  I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial, yaitu mahluk yang tidak bisa mempertahankan hidupnya sendirian. Setiap hari manusia yang satu selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Situasi yang timbul dari proses interaksi inipun beragam, mulai dari yang ringan, sedang, sampai yang berat. Sehingga kadang - kadang tanpa kita sadari muncul luka.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodeling) jaringan. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta.)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian luka ?
2. Apa saja macam-macam luka ?
3. Bagaimana proses penyembuhan luka ?
1.3 Tujuan
-          Tujuan Umum :
 Untuk memahami tentang penyembuhan luka.
-          Tujuan Khusus :
1)      Untuk mengetahui apa itu luka.
2)      Untuk mengetahui macam-macam luka.
3)      Untuk mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Luka
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997).
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan). Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul:
1.      Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2.      Respon stres simpatis
3.      Perdarahan dan pembekuan darah
4.      Kontaminasi bakteri
5.      Kematian sel
2.2 Klasifikasi Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka.
1.  Berdasarkan tingkat kontaminasi
a).   Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
b). Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
c).  Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
d).    Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a)      Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b)      Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c)      Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d)     Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a).  Luka akut: yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
b).  Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
4. Berdasarkan mekanismenya:
1. Luka mekanik
a.       Luka insisi terjadi karena teriris benda tajam.
b.      Luka memar, terjadi akibat benturan dengan benda tumpul.
c.       Luka lecet, terjadi karena bergesekan dengan benda yang kasar tapi tidak tajam.
d.      Luka tusuk, terjadi akibat benda tajam yang berdiameter kecil dan masuk  dalam tubuh termasuk juga karena tembak (peluru).
e.       Luka robek, terjadi karena benda tajam dan kasar.
f.       Luka tembus, terjadi luka yang menembus organ tubuh.
g.      Luka gigitan, terjadi karena gigitan binatang atau manusia
2. Luka Non Mekanik
Luka Bakar, kehilangan atau kerusakan jaringan tubuh terjadi karena disebabkan
oleh energi panas atau bahan kimia atau listrik.
2.3 Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal.
Penyembuhan luka dapat terjadi secara:
·         Per Primam, yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
·         Per Sekundem, yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan, terkontaminasi/terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan pembentukan jaringan granulasi.
·         Per Tertiam, atau Per Primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridemen setelah diyakini bersih, tetapi luka dipertautkan (4-7 hari).
Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan komponen-komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti: umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik).
Pada dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya proses pemecahan atau katabolik dan proses pembentukan atau anabolik. Setiap proses penyembuhan luka akan terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka. Sehubungan dengan adanya perubahan morfologik, tahapan penyembuhan luka terdiri dari:
a.       Fase inflamasi :
o    Hari ke 0-5
o    Respon segera setelah terjadi injuri
o    Pembekuan darah
o    Untuk mencegah kehilangan darah
o    Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa.
o    Fase awal terjadi hemostasis
o    Fase akhir terjadi fagositosis
o    Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi

b.      Fase proliferasi :
o    Hari 3 – 14
o    Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka
o    Luka nampak merah segar, mengkilat
o    Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid
o    Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan  lapisan epidermis pada tepian luka
o    Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi

c.       Fase maturasi atau remodelling
o    Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
o    Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta   peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
o    Terbentuk jaringan parut (scar tissue)
o    50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
o    Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.

§  Sel – sel yang berperan dalam proses penyembuhan luka
a.         Pada fase inflamasi  :
o   Sel leukosit (netrofil) untuk memfagosit sel / benda asing.
o   Netrofil digantikan oleh sel makrofag yang fungsinya : sintesa kolagen, membentuk jaringan granulasi dan fibroblas, memproduksi growth factor, dan pembentukan kapiler.
b.      Pada fase proliferasi :
o   Sel fibroblas mengeluarkan substansi ( kolagen, elastin, hyaluronic acid, 2 fibronectin ),berperan dalam membangun ( rekonstruksi) jaringan baru (granulasi).
o   Pada proses epithelisasi, fibroblas mengeluarkan keratinocyte growth factor.
c.       Pada fase maturasi
o   Fibroblas meninggalkan jaringan granulasi

Selain itu ada beberapa tatalaksana dalam perawatan luka. Tatalaksana tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut, yaitu : Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
1.      Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
2.      Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mencucikan kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti:
a.       Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).
b.      Halogen dan senyawanya.
1)      Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam.
2)      Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.
3)      Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik borok.
4)      Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung.
c.       Oksidansia
1)      Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan fungisida agak lemah berdasarkan sifat oksidator.
2)      Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob.
d.      Logam berat dan garamnya
1)      Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.
2)      Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (korts).
e.       Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
f.       Derivat fenol
1)      Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
2)      Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
3.      Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16).Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
a.       Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda asing.
b.      Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
c.       Berikan antiseptik.
d.      Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal.
e.       Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)
4.      Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.
5.      Penutupan Luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
6.      Pembalutan Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
7.      Pemberian Antibiotik prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
8.      Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi (Mansjoer,2000:398 ; Walton, 1990:44).
Tabel 1. Waktu Pengangkatan Jahitan
No
Lokasi
Waktu
1
Kelopak mata
3 hari
2
Pipi
3-5 hari
3
Hidung, dahi, leher
5 hari
4
Telinga,kulit kepala
5-7 hari
5
Lengan, tungkai, tangan,kaki
7-10+ hari
6
Dada, punggung, abdomen
7-10+ hari

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka dapat tegantung oleh penyebab dari dalam tubuh sendiri (endogen) atau oleh penyebab dari dalam tubuh sendri (eksogen). Penyebab endogen terpenting adalah ganguan koagulasi yang disebut koagulopati dan ganguan sistem imun. Berikut adalah faktor yang bisa menghambat penyembuah luka :
·         Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.


·         Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Pasien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
·         Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
·         Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
·         Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
·         Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (pus).
·         Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
·         Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
·         Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
·         Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a.       Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.
b.      Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan.
Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.  (www.emedicine.com/plastic/TOPIC477.HTM di akses tanggal 12 september 2011.)

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Penanganan Luka
1. Lama luka
Golden priod (masa emas) merupakan saat kita menggap suatu luka dapat di tangangi dengan sempurna. Jadi luka masih dapat di jahit secara primer. Golden priod suatu luka ± 6 jam. Masa ini berlaku untuk luka kotor dan jelas terkontaminasi. Pada daerah dengan vaskularisasi sangat baik, misalkan kepala dan wajah golden priodnya ± 8 jam. Bila luka masih berada pada golden priod, maka dapat di peroleh Clean Surgical Wound (luka bedah yang bersih). (Balai kesehatan PMI kota Jaksel. Luka. 2011)
2. Bentuk anatomi luka
Luka-luka sederhana cukup dibersihkan dan diberi obat. Sedangkan luka- luka dengan bentuk tak teratur harus di debridement kemudian dilakukan tindakan selanjutnya. (Balai kesehatan PMI kota Jaksel. Luka.2011)
2.6 Komplikasi
a. Komplikasi Penyembuhan Luka
1.  Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2.  Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
3.  Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah.
b. Pengaruh Psikologi
1.  Depresi
Reaksi frustrasi yang membuat kita murung berlanjut, sedih, hilang gairah hidup, dan tidak berdaya berhadapan dengan keadaan penyakit dengan luka yang sudah lama dan sukar untuk disembuhkan.
2.  Apati.
Kekesalan yang ditunjukkan dengan bersikap masa bodoh, acuh tak acuh, putus asa, tidak peduli lagi akan kehidupan dan kesembuhan lukanya.
3.  Agresi
Memberikan perlawanan kepada semua yang ada disekelilingnya setiap orang memberikan semangat hidup dan menasehatinya.
c. Komplikasi Dari Luka
1.  Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat diinspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama setelah pembedahan.
2.  Infeksi (Wounds Sepsis)
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di rumah sakit. Proses peradangan biasanya muncul dalam 36 – 48 jam, denyut nadi dan temperatur tubuh pasien biasanya meningkat, sel darah putih meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.
Jenis infeksi yang mungkin timbul antara lain :
a.       Cellulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan
b.      Abses, merupakan infeksi bakteri terlokalisasi yang ditandai oleh terkumpulnya pus (bakteri, jaringan nekrotik, Sel Darah Putih)
c.       Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang menuju ke sistem limphatik. Hal ini dapat diatasi dengan istirahat dan antibiotik.
3.  Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence adalah rusaknya luka bedah.
Eviscerasi merupakan keluarnya isi dari dalam luka.
4.  Keloid
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya muncul tidak terduga dan tidak pada setiap orang.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan). Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka. Tahapan penyembuhan luka terdiri dari fase inflamasi, fase ploriferasi dan fase maturasi.

3.2 Saran
       Sebisa mungkin hindari hal – hal yang dapat menyebabkan luka. Namun, bila terjadi luka segeralah untuk di bersihkan agar terhindar dari infeksi untuk mempercepat penyembuhan luka. Apabila luka tersebut robek karena benda tajam segera di jahit untuk menhidari banyaknya darah yang keluar dan luka terhindar dari infeksi.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Proses Penyembuhan Luka"

Post a Comment

/* script Youtube Responsive */