Makalah Gastroenteritis Dehidrasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Gastroenteritis dehidrasi adalah peradangan pada lambung, usus halus dan usus besar dengan berbagai kodisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare dengan atau disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen yang bisa juga mengakibatkan dehidrasi karena banyaknya cairan yang keluar karena gangguan tersebut.
Gastroenteritis /Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiaptahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diaremerupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar padabalita. Gastroenteritis / Diare akut meskipun biasanya dapat sembuhsendiri,dapat juga mengancam kehidupan bila tidak segera ditanganidengan tepat
Gastroenteritis /Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit, mengakibatkan pasien menderita dehidrasi asidosis, bila masih berlanjut akan terjadi asidosis metabolic, gangguan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam keadaan renjatan (syok).
Oleh karena itu perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya diare serta derajat dehidrasi pada klien, perawat harus mampu mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab diare, pencegahan, dan penanganan

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1             Apa definisi dari Gastro Enteritis Dehidrasi?
1.2.2             Apa etiologi dari Gastro Enteritis Dehidrasi?
1.2.3             Bagaimana klasifikasi dari Gastro Enteritis Dehidrasi?
1.2.4             Bagaimana patofisiologi dari Gastro Enteritis Dehidrasi?
1.2.5             Apa saja manifestasi klinis dari Gastro Enteritis Dehidrasi?
1.2.6             Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita Gastro Enteritis Dehidrasi?
1.2.7             Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada Gastro Enteritis Dehidrasi?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum dan keseluruhan mangenai penyakit Gastro Enteritis Dehidrasi agar dapat memeberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastro Enteritis Dehidrasi sebaik mungkin.

1.3.2        Tujuan Khusus
1.   Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Gastro Enteritis Dehidrasi
2.   Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Gastro Enteritis Dehidrasi
3.   Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari Gastro Enteritis Dehidrasi
4.   Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Gastro Enteritis Dehidrasi
5.   Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari Gastro Enteritis Dehidrasi
6.   Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita Gastro Enteritis Dehidrasi
7.   Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada Gastro Enteritis Dehidrasi

1.4  Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa di Jurusan Keperawatan mendapat informasi tentang konsep dasar Gastro Enteritis Dehidrasi dan Asuhan Keperawatannya..




BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi Gastro Enteritis Dehidrasi
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja.2005). Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output melebihi intake sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit. Dehidrasi dapat terjadi karena kekuarangan air ( watter deflection ), kekurangan natrium ( sodium deflection ), serta kekurangan air dan natrium secara bersama-sama ( Prescilla 2009 ).
Jadi, Gastroenteritis dehidrasi adalah peradangan pada lambung, usus halus dan usus besar dengan berbagai kodisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare dengan atau disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen yang bisa juga mengakibatkan dehidrasi karena banyaknya cairan yang keluar karena gangguan tersebut.
2.1.2    Etiologi
Faktor penyebab gastroenteritis adalah:
1.    Faktor infeksi
a.       Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab zutama gastroenteritis pada anak, meliputi infeksi internal sebagai berikut:
1)        Infeksi bakteri : vibrio, salmonella shigella, capylabactor, versinia aoromonas dan sebagainya.
2)        Infeksi virus : entero virus ( v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
3)        Infeksi parasit : cacing ( ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis, protozoa, jamur).
b.      Infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsilitis, bronkopneumonia, dan lainnya.
2.    Faktor malabsorbsi :
a.       Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan         sukrosa),            mosiosakarida             ( intoleransi     glukosa,           fruktosa,          dan galatosa) .
b.      Malabsorbsi lemak
c.       Malabsorbsi protein
3.    Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
4.    Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
(Mansjoer arief, 2000)

2.1.3    Klasifikasi Gastro Enteritis Dehidrasi
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.    Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun dan mata cekung, minum normal, kencing normal.
b.    Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. gelisah, sangat haus, pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan minum normal.
c.    Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah turun, warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau minum.

Tabel Metode Sistem Skor Dehidrasi Dari Maurice King (1974)

SKOR
0
1
2
Keadaan umum
Sehat
Gelisah,cengeng,mengantuk,apatis
Delirium,koma,gejala syok
Elastisitas kulit
Normal
Sedikit kering
Sangat kurang
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat Cekung
Ubun-Ubun besar
Normal
Sedikit cekung
Sangat Cekung
Mulut
Normal
Kering
Kering dan sianosis
Denyut nadi
Normal
Sedang (120-140)
Lemah > 140
Skor
0-2 : Dehidrasi ringan
3-6 : Dehidrasi sedang
7-12 : Dehidrasi berat
(welch,T,2004 )

2.1.4        Manifestasi Klinis
1.    Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
2.    Muntah (umumnya tidak lama)
3.    Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4.    Kram abdomen, tenesmus
5.    Membrane mukosa kering
6.    Fontanel cekung (bayi)
7.    Berat badan menurun
8.    Malaise
(Cecyly, Betz.2002)
2.1.5        Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus ( Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk ), Bakteri atau toksin ( Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia, dan lainnya ), parasit ( Biardia Lambia, Cryptosporidium ) .
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis biasa melalui fekal - oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit ( Dehidrasi ) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia ), gangguan gizi ( intake kurang, output berlebih), hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.
Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus karena gerakan-gerakan peristaltik dan segmentasi usus. Namun akibat terjadi infeksi oleh bakteri, maka pada saluran pencernaan akan timbul mur-mur usus yang berlebihan dan kadang menimbulkan rasa penuh pada perut sehingga penderita selalu ingin BAB dan berak penderita encer.
Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, cairan yang keluar disertai elektrolit.
Mula-mula mikroorganisme Salmonella, Escherichia Coli, Vibrio Disentri dan Entero Virus masuk ke dalam usus, disana berkembang biak toxin, kemudian terjadi peningkatan peristaltik usus, usus kehilangan cairan dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.
2.1.6   WOC
                                                         
2.1.7   Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
1)        Pemeriksaan Tinja
a.     Makroskopis dan mikroskopis.
b.    pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas bila diduga terdapat intoleransi gula.
c.     Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten)
2)        Pemeriksaan Darah
a.       Darah perifer lengkap
b.      Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang.
3)        Kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4)        Doudenal Intubation
Untuk mengatahui kuman penyebab secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada diare kronik.

2.1.8   Penatalaksanaan Medis
1)        Pemberian cairan
a.     Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan oralit, NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b.      Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setempat. Pada umumnya cairan RL (Ringer Laktat) diberikan tergantung berat/ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
a)    Dehidrasi ringan
1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/ oral kemudian 125 ml/ kg / hari
b)   Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB / hari
c)    Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 105 ml/ kg BB oralit per oral.

2)        Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
a.    Memberikan asi.
b.    Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

3)        Obat-obatan.
a.       Obat anti sekresi.
b.      Obat anti spasmolitik.
c.       Obat antibiotik.

2.1.9   Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit diare walaupun semua tidak menular (misal diare karena faktor malabsorbsi), tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah dengan perlengkapan cuci tangan untuk mecegah infeksi (selalu tersedia disinfektan dan air bersih) serta tempat pakaian kotor sendiri. Masalah pasien diare yang perlu dipertahankan adalah resiko terjadi gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.
1)        Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, kira-kira 1 gelas setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan harus mengandung elektrolit; seperti oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan gula garam denan 1 gelas air matang yang agak dingin dilarutkan dalam 1 sendok teh gula pasir dan 1 ju,put garam dapur. Pengganti air matang dapat teh atau air tajin. Cara melarutkan oralit lihat petujuk kemasanya karena ada yang 1 liter atau 1 gelas.untuk bayi dibawah umur 6 bulan,oralit dilarutkan 2 kali lebih encer ( untuk 1 gelas menjadi 2 gelas). Jika anak terus muntah/ tidak mau minum sama sekali perlu diberikan sonde. Bila pemberian cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain yang tersedia setempat jika tidak ada RL (atas persetujuan dokter).yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi dehidrasi.

2)        Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebuh cepat, selanjutnya secara rumat (lihat kecepatan pemberian infus). Untuk mengetahui kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
a.       Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai dengan set infus yang dipakai). Contoh: tetesan per menit 12 tetes: banyaknya cairan yang habis (masuk ke dalam tubuh) dalam 1 jam ialah 12x60/15=48cc (bila pada set infus yang setiap cc-nya berisi 15 tetes). Jika kontrol cairan dilakukan setiap 2 jam berarti 48x2 = 96cc. Berikan tanda batas cairan pada waktu memantau tersebut pada botol infusnya
b.      Perhatikan tanda vital : denyut; nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah. Bila masih terdapat hipotensi beritahu dokter apakah kecepatan tetesan perlu ditambah (keadaan ini dapat terjadi pada pasien kolera)
c.       Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer atau sudah berubah konsistensinya.
d.      Berikan minum teh/ oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering
e.       Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak atau secara realimentasi.


2.2    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
A. Pengkajian Primer
a.     Airway
Klien dengan gastroenteritis biasanya didapatkan kondisi dengan karakteristik adanya mual dan muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi atau keracunan zat makanan
b.    Breathing
Pada klien GED dapat ditemkan abnormalitas metabolik atau ketidak seimbangan asam basa yang dapat menimbulkan gangguan pernapasan.
c.    Circulation
Pada klien GED ditemukan penurunan kadar kalium darah di bawah 3,0 mEq / liter (SI : 3 mmol / L) sehingga menyebabkan disritmia jantung (talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan kontraksi ventrikel prematur).
d.   Disability
Pada klien GED terjadi penurunan tingkat kesadaran karena dehidrasi dengan gejala seperti gelisah, kulit yang lembab, lengket dan dingin dan berkeringat tidak muncul sampai total volume darah yang hilang sebesar 10-20% sehingga dapat menyebapkan terjadinya syok hipovolemik.
e.         Exposure
Klien GED biasanya mengalami dehidrasi akibatnya dapat terjadi peningkatan suhu tubuh karena proses infeksi sekunder.

B. Pengkajian Sekunder
a.         Identitas
Pada klien GED  Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi  usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
b.         Keluhan Utama
Pada klien GED BAB lebih dari 3 x
c.         Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien GED BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d.        Riwayat Penyakit Dahulu
Pada klien GED Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e.         Riwayat Nutrisi
Pada klien GED anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
f.          Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada klien GED ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g.         Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pada klien GED penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
h.         Pemeriksaan Fisik
1.        Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar
2.        Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
3.        Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
4.        Mata : cekung, kering, sangat cekung
5.        Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
6.        Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7.         Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
8.         Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
9.        Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
10.    Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

2.2.2   Diagnosa Keperawatan
1.         Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d sekresi yang tertahan
2.         Ketidakefektifan pola napas b/d abnormalitas metabolik atau ketidak seimbangan asam basa
3.         Penurunan curah jantung b/d adanya distritmia jantung yang disebapkan oleh penurunan kadar kalium darah
4.         Hipertermi b/d terjadinya dehidrasi dan ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat
5.         Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d output cairan yang berlebihan
6.         Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah
7.         Resiko gangguan integritas kulit b/d iritasi, frekuensi BAB yang berlebihan



2.2.3        Intervensi
Intervensi yang diberikan pada saat keadaan gawat darurat berdasarkan Primary Assesment (ABCDE)
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan kritera hasil
Intervensi
Rasional
1
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d sekresi yang tertahan

NOC
v  Respiratory status: ventilation
v  Respiratori status: airway patency
Kriteria hasil:
v  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dyspneu (mampu mengeluarkan spultum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
v  Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasakan tercekik, irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
v  Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas

·         Buka jalan nafas,gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·         Kaji adanya penyumbatan jalan napas seperti air ludah, muntahan, dan secret
·         Pasien dimiringkan ke kanan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan
·         Lidah dijaga agar tidak menghalangi jalan nafas atau tergigit.
·         Siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu
·         Auskultasi suara nafas
·         Monitor TD,nadi,suhu, dan RR
·         Monitor frekuensi dan irama pernapasan

·         .untuk membuka jalan nafas
·         .untuk mengetahui adanya penyumbatan pada jalan nafas
·         untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan
·         untuk menghindari jalan nafas yang terhalangi
·         alat bantu dibutuhkan ketika tindakan mandiri membuka jalan nafas tidak menunjukkan perubahan
·         mangauskultasi suara nafas untuk mengetahui area adanya sumbatan
·         monitor tanda-tanda vital untuk menunjukkan keadaan umum klien
·         frekuensi dan irama pernafasan menunjang perkembangan jalan nafas yang baik

2
Ketidakefektifan pola napas b/d abnormalitas metabolik atau ketidak seimbangan asam basa

NOC
v  Respiratory status:Ventilation
v  Respiratory status:Airway patency
v  Vital sign status
Kriteria Hasil:
v  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,irama nafas,frekuensi pernafasan dalam rentang normal,tidak ada suara nafas abnormal)
v  Tanda tanda vital dalam rentang normal(
·         Kaji respiratory rate
·         Kaji saturasi oksigen
·         Berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan saturasi
·         Auskultasi suara napas
·         Monitor status oksigen pasien

·         RR untuk mengetahui keefektifan pola nafas
·         Saturasi oksigen untuk mengetahui suplai oksigen pada tubuh akibat pengaruh ketidakefektifan pola nafas
·         Untuk menghindari hipoksia
·         Auskultasi untuk mengetahui adanya penghalang pada jalan nafas yang mempengaruhi pola nafas
·         Status oksigen sebagai tanda keefektifan pola nafas

3
Penurunan curah jantung b/d adanya distritmia jantung yang disebapkan oleh penurunan kadar kalium darah

v  Cardiac Pump effectiveness
v  Circulation Status
v  Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
v  Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi
v  Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
v  Tidak ada penurunan kesadaran
·         Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, duras
·         Catat adanya disritmia jantung
·         Monitor adanya perubahan tekanan darah
·         Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
·         Monitor suara paru
·         Monitor pola pernapasan abnormal
·         Monitor jumlah dan irama jantung
·         Monitor bunyi jantung
·         Pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi

·         Mengetahui adanya nyeri dada
·         Mengetahui beban kerja jantung
·         Perubahan tekanan darah yang berpengaruh pada curah jantung
·         Mengetahui gangguan pada paru
·         Untuk mengetahui pola pernafasan abnormal yang berpengaruh pada suplai oksigen dari pompa jantung
·         Untuk mengetahui jumlah dan irama jantung abnormal yang mempengaruhi
·         Untuk mengetahui bunyi jantung abnormal yang mempengaruhi
·         Untuk mengatasi dehidrasi
4
Hipertermi b/d terjadinya dehidrasi dan ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat
NOC
Thermoregulation
Kriteria Hasil
v  Suhu tubuh dalam rentang normal
v  Nadi dan RR dalam rentang normal
v  Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
·         Kaji penyebab hipertermi
·         Observasi suhu badan
·         Beri kompres hangat pada dahi/axilla
·          Beri minum sering tapi sedikit.
·         Anjurkan pasien untuk memakaikan pakaian tipis dan yang dapat menyerap keringat.
·          Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik

·         Mengetahui penyebab peningkatan suhu tubuh
·         Mengetahui perkembangan suhu badan selama perawatan
·         Kompres hangat untuk mengurangi suhu badan
·         Memberikan minum untuk menghindari dehidrasi akibat pengeluaran panas.
·         Mengenakan pakaian tipis agar menyerap keringat
·         Pemberian antipiretik untuk mengurangi panas


BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Gastroenteritis dehidrasi adalah peradangan pada lambung, usus halus dan usus besar dengan berbagai kodisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare dengan atau disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen yang bisa juga mengakibatkan dehidrasi karena banyaknya cairan yang keluar karena gangguan tersebut.
Penyebabnya terjadi karena faktor –faktor yaitu faktor infeksi, faktor malabsorbsi, factor makanan dan factor psikologis.
 Gastroenteritis /Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit, mengakibatkan pasien menderita dehidrasi asidosis, bila masih berlanjut akan terjadi asidosis metabolic, gangguan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam keadaan renjatan (syok).
       
3.2     Saran

Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit Gastro Enteritis Dehidrasi (GED) karena akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan GED dan bagaimana pengobatannya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Gastroenteritis Dehidrasi"

Post a Comment

/* script Youtube Responsive */