BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Islam adalah
salah satu agama yang memiliki penganut terbesar di dunia. Selain itu,
penganutnya juga terus-menerus mengalami peningkatan dan perkembangan yang
sangat signifikan setiap tahunnya. Perkembangan tersebut terjadi di seluruh
dunia, tanpa terikat oleh geografis, etnis, kasta dan lain sebagainya. Kemudian
kalau kita cermati, agama Islam memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut
dapat kita lihat dari aspek sejarah turunnya Islam dan respon masyarakat terhadapnya.
Sekilas, Islam diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad Ibnu Abdullah dari
golongan kaum Quraisy. Padahal, agama-agama sebelumnya banyak diturunkan kepada
bangsa Israil, bukan kaum Quraisy yang tidak memiliki akar sejarah yang kuat
ketimbang bangsa Israil. Sedangkan keunikan Islam jika dilihat dari respon
masyarakat, sangat menakjubkan sekali. Sebab Islam yang tergolong agama baru
dibandingkan agama lainnya, bisa mendapat respon positif dari masyarakt yang
mengitarinya, bahkan memiliki penganut yang besar hingga saat ini. Entah dari
mana antusiasme mereka dapatkan terhadap Islam –rahmatan lil alamin-.Nah oleh
sebab itu, menarik saya rasa untuk menjelajah dan menelaah lebih
konprehensif tanpa mengenyampingkan sifat kritis terhadap agama yang satu
ini, khususnya di Negara Indonesia yang memiliki penganut Islam terbesar di
jagad raya ini. Dalam hal ini, lagi-lagi kita dihadapkan dengan keunikan Islam.
Apabila kita merefleksi sejarah Islam, bukankah Islam pertama kali turun dan
berkembang di Jazirah Arab, bukan di Indonesia. Lantas, mengapa yang memiliki
penganut Islam terbesar di dunia adalah bangsa Indonesia? Tidakkah terlalu jauh
antara Arab-Indonesia? Kenapa tidak Negara tetangganya saja yang memiliki
mayoritas penganut agama Islam, misalnya Tajikistan, Palestina, Turki,
Uzbekistan, dll? Dan bagaimana perkembangan Islam pada awal masuknya ke
Nusantara?
Mengenai
sejarah asal mula masuknya Islam di nusantara sepertinya sedikit mengalami
kerancuan (ikhtilaf) antara beberapa pakar. Hal itu terjadi karena tidak
adanya satu bukti yang lebih kuat diantara bukti kuat lainnya. Sehingga antara
satu sama lain tidak bisa menafikan sehingga kemudian keluarlah satu-satunya
pendapat atau teori yang mutlak kebenarannya dan diterima oleh para ahli
sejarah.
B. Rumusan Masalah
Perumusan
Masalahnya meliputi :
1.
Bagaimana proses awal masuknya Islam ke Indonesia ?
2.
Bagaimana cara Islam masuk ke Indonesia ?
3.
Bagaimanakah perkembangan Islam diberbagai wilayah di
Indonesia ?
4.
Siapa sajakah Tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di
Indonesia ?
5.
Apa saja peranan umat Islam di Indonesia ?
6.
Apa saja hikmah Perkembangan Islam di Indonesia ?
C. Tujuan
Penulisan
Ada pun
tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu : Untuk mengingat kembali tentang
bagaimana Islam masuk ke Indonesia, untuk mengetahui bagaimana perkembangan
islam pada awal masuknya di Indonesia, cara-cara sehingga Islam bisa masuk di
Indonesia, dsb.
D. Manfaat
Penulisan
Melalui
makalah ini kami berharap agar makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan para
pembaca mengenai Perkembangan Agama Islam pada awal masuknya di Indonesia.
E. Batasan
Masalah
Batasan
Masalah pada makalah ini melliputi :
1.
Proses awal masuknya Islam ke Indonesia
2.
Cara Islam masuk ke Indonesia
3.
Perkembangan Islam diberbagai wilayah di Indonesia
4.
Tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di Indonesia
5.
Peranan umat Islam di Indonesia
6.
Apa saja hikmah Perkembangan Islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses awal Masuknya Islam di Indonesia
Ketika Islam
datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme,
dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan
dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan
Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya.
Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik,
karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara
manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling penting
juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah
syahadat dan tidak ada paksaan.
Tentang
kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya
Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke
Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut
sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada
masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
B. Cara Islam Masuk ke Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M
yang bertepatan dengan abad ke-1 atau ke-2 H. Rute yang dilewati adalah jalur
Utara dan Selatan.
Ø
Jalur Utara, dengan
rute :Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Damaskus – Bagdad – Gujarat –
Srilangka – Indonesia
Ø
Jalur Selatan, dengan
rute : Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Yaman – Gujarat – Srilangka –
Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan
ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan
cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama
berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :
لآَإِكْرَاهَ
فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَن يَكْفُرْ
بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ
انْفِصَامَ لَهَا وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya
: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut danberimankepada Allah, maka
sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhultali yang amat kuat yang tidak
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Proses
penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara, yaitu melalui
perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik, kesenian, tasawuf, yang
kesemuanya mendukung meluasnya ajaran agama Islam.
1.
Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para
pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India. Mereka telah ambil bagian dalam
kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan
jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Di
samping berdagang, sebagai seorang muslim juga mempunyai kewaajiban berdakwah
maka para pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan kebudayaan
Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia
memeluk agama Islam dan merekapun menyebarkan agama Islam dan budaya Islam yang
baru dianutnya kepada orang lain. Dengan demikian, secara bertahap agama dan
budaya Islam tersebar dari pedagang Arab, Persia, India kepada bangsa Indonesia.
Proses penyebaran Islam melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih
efektif dibanding cara lainnya.
2.
Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah
menetap makin membaik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi
keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi gadis –
gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak
mengalami kesulitan. Misalnya, perkawinan Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dengan
Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan antara Raja Brawijaya
dengan putri Jeumpa yang beragama Islam kemudian berputra Raden Patah yang pada
akhirnya menjadi Raja Demak.
3.
Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang
besar dan memegang peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah
kerajaan memeluk agama Islam, otomatis rakyatnya akan berbondong
- bondong memeluk agama Islam. Karea, masyarakat Indonesia memiliki
kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan
rakyat memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan
diadakannya perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama
Islam.
4.
Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh
ulama atau mubalig yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan
pondok – pondok pesantren. Dan di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi
menuntut ilmu yang berhubungan dengan agama Islam. Yang jika para pelajar
tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai agama Islam, mereka mempunyai
kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya kepada masyarakat
sekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam.
Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain
Pesantren Sunan Ampel Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel )
dan Pesantren Sunan Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku ( daerah
Hitu ), dls.
5.
Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti
bangunan (masjid), seni pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara
seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta, Solo, Cirebon, dls. Seni budaya
Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah setempat dengan ajaran
Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat
mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya:
a)
Membumikan ajaran Islam melalui
syair – syair. Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan Bonang, Hikayat Sunan
Kudus, dan lain – lain.
b)
Mengkultulrasikan wayang yang sarat
dokrin. Tokoh – tokoh simbolis dalam wayang diadopsi atau mencipta nama lainnya
yang bisa mendekatkan dengan ajaran Islam. Mencipta tokoh baru dan narasi baru
yang sarat pengajaran.
c)
Membunyikan bedug sebagai ajakan
sholat lima waktu sekaligus alarm pengingat. Sebab insting masyarakat telah
akrab dengan gema bedug sebai pemanggil untuk acara keramaian.
d)
Menggeser tradisi klenik dengan doa
– doa pengusir jin sekalugus doa ngirim leluhur. Diantaranya yang disebut
Tahlil.
6.
Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam
keserhanaan, mereka selalu menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup
bersama di tengah – tengah masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian
yang membantu masyarakat dan menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu
diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.
Dengan
melalui saluran diatas, agama Islam dapat berkembang pesat dan diterima
masyarakat dengan baik pada abad ke-13. Dan adapun faktor – faktor yang
menyebabkan Islam cepat bekembang di Indonesia antara lain :
a)
Syarat masuk Islam hanya dilakukan
dengan mengucapkan dua kelimat syahadat;
b)
Tata cara beribadahnya Islam sangat
sederhana;
c)
Agama yang menyebar ke Indonesia
disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia;
d)
Penyebaran Islam dilakuakn secara
damai.
C.
Perkembangan
Islam di Beberapa Wilayah di Indonesia
1. Perkembangan
Islam di Sumatera
Daerah
Pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah Sumatera bagian
Utara, seperti Pasai dan Perlak. Karena wilayah Pasai dan Perlak letaknya di
tepi selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dari India.
Pada
abad XIII-XV M berdiri kerajaan Samudra Pasai dan merupakan kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai terletak di kampung Samudra di
tepi sungai Pasai dan berdiri sejak tahun 1261 M. Raja-raja yang memerintah
Samudra Pasai berturut-turut sebagai berikut :
Ø
Sultan Al Malikus Shaleh
Ø
Sultan Al Malikuz Zahir I
Ø
Sultan Al Malikuz Zahir II
Ø
Sultan Zainal Abidin
Ø Sultan Iskandar
Persia
dan Gujarat yang juga para mubalig Islam banyak yang menetap di bandar-bandar
sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah dengan wanita-wanita pribumi yang
sebelumnya telah diislamkan, sehingga terbentuklah keluarga-keluarga Muslim.
Para mubalig pada waktu itu juga ke Cina.
Para
pedagang dari India, yakni bangsa Arab berdakwa kepada para Raja-raja kecil,
ketika raja tersebut masuk Islam, rakyatnya pun banyak yang ikut masuk Islam
sehingga berdirilah kerajaan Islam pertama, yaitu Kerajaan Samudera Pasai.
Seiring dengan kemajuan Samudera Pasai yang sangat pesat, perkembangan agama
Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh dan para ulama serta mubalignya
menyebar ke seluruh nusantara.
2. Perkembangan
Islam di Jawa
Masuknya
Islam di Pulau Jawa pada awalnya dibawa oleh pedagang muslim setelah berdirinya
kerajaan Malaka yang mencapai punjak kejayaannya pada asa Sultan Mansursah.
Wilayah perdagangannya sangat luas sampai ke Demak, Jepara, Tuban dan Giri.
Melalui hubungan perdagangan tersebut, akhirnya masyarakat Jawa mengenal Islam.
Adapun
gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga,
yaitu:
a)
Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau
dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran
Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai
perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di
Gapura Wetan Gresik .
b)
Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan
di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai
mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan
terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan
madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1)
Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya.
Dari pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti :
Ø
Raden Paku (Sunan Giri)
Ø
Raden Fatah (Sultan Demak pertama)
Ø
Raden Makhdum (Sunan Bonang)
Ø
Syarifuddin (Sunan Drajat)
Ø
Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan
Islam ke daerah Blambangan.
2)
Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak
yang dibangun pada tahun 1479 M.
3)
Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak
dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai Sultan pertama.
c)
Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia
putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu
Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja
peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel
wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
d)
Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra
Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden
Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
e)
Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia
tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat
wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat
menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang
bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang
fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
f)
Sunan Drajat
Nama aslinya
adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau
terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan
dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g)
Syarif Hidayatullah
Nama
lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah,
yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang
wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak
selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif
Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang
hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak
dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h)
Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i)
Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
3.
Perkembangan Islam di Sulawesi
Masuknya
Islam di Sulawesi, tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu
karena sunan Giri melaksanakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari
luar pulau Jawa, seperti Ternate, dan Situ. Di samping itu, beliau mengirimkan
murid-muridnya ke Madura, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara.
Pada abad ke-16, di Sulawesi Selatan telah berdiri kerajaan Hindu Gowa dan Tallo. Penduduknya banyak yang memeluk agama Islam karena hubungannya dengan kesultanan Ternate. Pada tahun 1538, Pada masa Pemerintahan Somba Opu, kerajaan Gowa dan Tallo banyak dikunjungi oleh pedagang Portugis. Selain untuk berdagang, mereka juga bermaksud untuk mengembangkan agama katolik. Akan tetapi, Islam telah lebih dahulu berkembang di daerah itu.
Pada abad ke-16, di Sulawesi Selatan telah berdiri kerajaan Hindu Gowa dan Tallo. Penduduknya banyak yang memeluk agama Islam karena hubungannya dengan kesultanan Ternate. Pada tahun 1538, Pada masa Pemerintahan Somba Opu, kerajaan Gowa dan Tallo banyak dikunjungi oleh pedagang Portugis. Selain untuk berdagang, mereka juga bermaksud untuk mengembangkan agama katolik. Akan tetapi, Islam telah lebih dahulu berkembang di daerah itu.
4.
Perkembangan Islam di Kalimantan
Berdasarkan
prasasti-prasasti yang ada disekitar abad V M di Kalimantan Timur telah ada
kerajaan hindu yakni kerajaan Kutai. Sedangkan kerajaan-kerajaan Hindu yang
lain adalah kerajaan Sukadana di Kalimantan Barat, kerajaan Banjar di
Kalimantan Selatan.
Pada
abad XVI Islam memasuki daerah kerajaan Sukadana. Bahkan pada tahun 1590
kerajaan Sukadana resmi menjadi kerajaan Islam, yang menjadi sultan pertamanya
adalah sultan Giri Kusuma. Setelah itu digantikan oleh putranya Sultan Muhammad
Syafiuddin. Beliau banyak berjasa dalam pengembangan agama Islam karena bantuan
seorang muballigh bernama Syekh Syamsudin.
Di
kalimantan Selatan pada abad XVI M masih ada beberapa kerajaan Hindu antara
lain Kerajaan Banjar, Kerajaan Negaradipa, Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan
Daha. Kerajaan-kerajaan ini berhubungan erat dengan Majapahit.
Ketika
Kerajaan demak berdiri, para pemuka agama di Demak segera mnyebarkan agama
Islam ke Kalimantan Selatan. Raja Banjar Raden Samudra masuk Islam dan ganti
nama dengan Suryanullah. Sultan Suryanullah dengan bantuan Demak dapat
mengalahkan Kerajaan Negaradipa. Setelah itu agama Islam semakin berkembang di
Kalimantan.
Diatas
telah diutarakan, bahwa Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia dan sebagai
kerajaan Hindu. Dengan pesatnya perkembangan Islam di Gowa, Tallo dan terutama
Sombaopu, maka Islam mulai merembas ke daerah Kutai. Mengingat Kutai terletak
di tepi Sungai Mahakam maka para pedagang yang lalu lalang lewat selat Makasar
juga singgah di Kutai. Sebagai muballigh mereka tidak menyianyiakan waktu untuk
berdakwah. Islam akhirnya dapat memasuki Kutai dan tersebar di Kalimantan Timur
mulai abad XVI.
5. Perkembangan
Islam di Maluku dan sekitarnya
Penyebaran
Islam di Maluku tidak terlepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang berasal
dari Ternate dan Hitu. Islam sudah dikenal di Ternate sejak abad ke-15. Pada
saat itu, hubungan dagang dengan Indonesia barat, khususnya dengan Jawa
berjalan dengan lancar. Selain berdagang, para pedagang juga melakukan dakwah.
Pada abad XVI perkembangan Islam di Indonesia agak terhambat dan menghadapi tantangan berat karena kedatangan Portugis pada tahun 1512 dan Spanyol pada tahun 1521 dengan membawa penyiaran agama Nasrani. Pada permulaan abad XVII Belanda dapat mengalahkan Portugis, setelah berperang bertahun-tahun di Ambon. Sementara itu kerajaan Ternate dan Tidore selalu bertentangan sehingga menjadi makin lemah dan tidak mampu membendung meluasnya VOC ke Maluku Utara. Belanda mulai menjajah Indonesia dimulai dari Maluku sejak menguasai Ambon pada tahun 1605.
Berangsur-angsur Belanda memperluas wilayahnya ke Barat, dan Makasar pada tahun 1669 dapat ditundukkan. Selanjutnya seluruh Indonesia, kecuali Aceh yang mampu bertahan sampai akhir abad XIX.
Pada abad XVI perkembangan Islam di Indonesia agak terhambat dan menghadapi tantangan berat karena kedatangan Portugis pada tahun 1512 dan Spanyol pada tahun 1521 dengan membawa penyiaran agama Nasrani. Pada permulaan abad XVII Belanda dapat mengalahkan Portugis, setelah berperang bertahun-tahun di Ambon. Sementara itu kerajaan Ternate dan Tidore selalu bertentangan sehingga menjadi makin lemah dan tidak mampu membendung meluasnya VOC ke Maluku Utara. Belanda mulai menjajah Indonesia dimulai dari Maluku sejak menguasai Ambon pada tahun 1605.
Berangsur-angsur Belanda memperluas wilayahnya ke Barat, dan Makasar pada tahun 1669 dapat ditundukkan. Selanjutnya seluruh Indonesia, kecuali Aceh yang mampu bertahan sampai akhir abad XIX.
Dalam rangka
mempertahankan wilayah dan kelangsungan pengembangan Islam, maka
kerajaan-kerajaan Islam tidak dengan mudah menyerah, bahkan mengadakan
perlawanan terhadap penjajah. Sehingga banyak berjatuhan pahlawan-pahlawan
muslim, antara lain :
a)
Sultan Iskandar Mahkota Alam dari Aceh
b)
Sultan Agung dari Mataram
c)
Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten
d)
Sultan Hasanudin dari Makasar
e)
Sultan Babullah dari Ternate
f)
Imam Bonjol dari Sumatra Barat
g)
Teuku Umar dari Aceh
h)
Pangeran Diponegoro
Perkembangan
Islam tidak hanya tergantung pada raja-raja, tetapi perang para muballigh juga
menetukan. Pada abad XVI muncul ulama-ulama besar seperti Hamzah Fansuri, Abdul
Rauf Singkil, Syekh Nuruddin Ar Raniri yang ketiganya dari Aceh dan Syekh Yusuf
Tajul Khalwari dari Makasar.
Pada
abad itu umat Islam menghadapi penjajah terutama dari Eropa dengan membawa
agama Nasrani yang telah berpengalamn dalam Perang salib.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam Maluku, para pedagang, dan para mubalignya
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam Maluku, para pedagang, dan para mubalignya
D.
Peranan Perkembangan
Islam di Indonesia
1.
Masa
penjajahan
a)
Peranan
Umat Islam pada masa Penjajahan
Sebelum bangsa
Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat Indonesia telah memeluk
agama Islam. Ajaran Islam telah diamalkan dengan baik oleh sebagian besar kaum
muslimin. Keyakinan bahwa manusia disisi Allah SWT adalah sama, tidak ada
perbedaan drajat kecuali dalam hal iman dan taqwanya kepada Allah SWT,
menumbuhkan kesadaran terhadap kemandirian dan kebebasan untuk menentukan arah
dan tujuan kehidupannya, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun berbangsa
dan bernegara.
Perubahan yang
terjadi pada mayoritas masyarakat Indonesia setelah dianutnya agama Islam:
Ø Masyarakat Indonesia dibebaskan dari
pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja serta dibimbing agar menghambakan diri
hanya kepada Allah, Tuhan yang maha Esa.
Ø Rasa persamaan dan rasa keadilan yang
diajarkan islam mampu mengubah masyarakat Indonesia yang dulunya menganut
sistem kasta dan diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap anggotanya
mempunyai kedudukan, harkat, martabat dan hak-hak yang sama.
Ø Semangat cinta tanah air dan rasa
kebangsaan yang didengungkan Islam dengan semboyan”Hubbul-watan minaliiman”
(cinta tanah air sebagian dari iman) mamou mengubah cara berpikir
masyarakatIndonesia, khususnya para pemudanya, yang dulunya bersifat sectarian
(lebih mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi bersifat nasionalis. Hal ini
ditandai dengan lahirnya organisasi pemuda yang bernama Jong Indonesia pada
bulan februari 1927 dan dikumandangkannya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober
1928.
Ø
Semboyan
yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama yang cinta damai, tetapi
lebih cinta kemerdekaan” telah mampu mendorong masyarakat Indonesia untuk
melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya dengan berbagai cara.
b)
Perlawanan
Kerajaan Islam dalam Menentang Penjajahan
1)
Perlawanan
terhadap Penjajah Portugis
Pada tahun 1522
Portugis telah menetap dan mendirikan benteng pertahanan di wilayah Sunda
Kelapa (Jakarta). Portugis disamping berdagang juga membawa ajaran agama
Khatolik.
Melihat keadaan
seperti itu kerajaan Islam Demak sangat khawatir. Maka pada tahun 1526 tentara
Demak dibawah pimpinan Fatahillah berangkat menuju Sunda Kelapa melalui jalan
laut. Selanjutnya Fatahillah berhasil berusaha mengusir tentara Portugis dalam
peperangan yang sengit terjadi dan akhirnya Portugis kalah. Sunda Kelapa dapat
direbut Fatahillah pada 22 Juni 1527 M kemudian Sunda Kelapa diganti namanya
menjadi Jayakarta, kemudian sekarang menjadi Jakarta (Ibukota Negara).
Pada masa Sultan
Agung sebagai Raja Islam Mataram di Jawa Tengah, penjajah Belanda sudah
menguasai Batavia (Jakarta), pada tahun 1628 Sultan Agung berusaha mengusir
penjajah Belanda dari tanah Jawa, tetapi usahanya tidak berhasil. Dan pada
tahun 1629 beliau melakukan penyerangan lagi ke Batavia dengan kekuatan yang
lebih besar. Namun karena persenjataan Belanda lebih modern, akhirnya
perlawanan itu dapat dipatahkan.
Demikian pula
Tueku Umar di Aceh, Imam Bonjol di Sumatra Barat, Sultan Hasanuddin di Sulawei
Selatan, Sultan Babullah di Ternate, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, dan
daerah-daerah lainnya mereka dengan dukungan masyarakatnya berjuang dan
berperang mengusir penjajah Belanda.
2) Perlawanan terhadap Penjajah Belanda
Belanda telah
melakukan penindasan dan penjajahan terhadap bangsa Indonesia yang semakin lama
semakin kuat kekuasaannya, di seluruh Nusantara. Perbuatan Belanda yang
demikian sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam yang dianut oleh
sebagian besar bangsa Indonesia, dan nilai-nilai peri kemanusian dan keadilan.
Melihat keadaan
seperti ini kaum muslimin yang terhimpun pada kerajaan Islam pada waktu itu di
seluruh Nusantara mengadakan perlawanan secara terpisah, masing-masing
menentang penjajahan Belanda. Kesultanan Banten di pulau Jawa yang
berulang kali mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Terutama pada
masa Sultan Ageng Tirtayasa yang memerintah Banten dari tahun 1651-1682 M,
sangat anti terhadap penjajahan Belanda. Perjuangan mengusir penjajah itu terus
menerus dilancarkan sampai akhir pemerintahan Beliau di Kesultanan Banten.
2.
Masa
Perang Kemerdekaan
a) Peranan Umat Islam pada Masa Kemerdekaan
Perilaku kaum
penjajah makin lama makin kejam terhadap bangsa Indonesia. Penindasan,
kesewenang-wenangan dan ketidak adilan penjajah merajalela. Bangsa Indonesia
tertindas, miskin, terbelenggu oleh kaum penjajah.
Kaum muslimin
yang merupakan penduduk terbesar bangsa Indonesia sangat merasakan perilaku
kaum penjajah itu. Para ulama bersama kaum muslimin bangkit, berusaha
membebaskan bangsa Indonesia dari tangan penjajah itu. Di seluuh pelosok
Nusantara kaum muslimin bangkit untuk merebut kembali kemerdekaannya yang telah
dirampas oleh penjajah.
Pahlawan-pahlawan
pejuang kemerdekaan berjuang terus tiada henti-hentinya dengan segala
pengorbanan, baik berupa harta maupun jiwa.
Pejuang muslim
dan pahlawan kemerdekaan itu antara lain:
Ø K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasym Ashari,
HOS Cokroaminoto di Pulau Jawa,
Ø Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak
Dien, Cut Mutiah, Panglima Polim (Aceh)
Ø Imam Bonjol (Sum-Bar), Sultan Mahmud
Badruddin (Palembang)
Ø Raden Intan (Lampung) di Sumatra
Ø Pangeran Antasari di Kalimantan
Ø Sultan Hasanuddin di Sulawesi dan
lain-lain yang tersebar diseluruh Nusantara.
Para pejuang
muslim itu dengan ikhlas dan semangat jihad berjuang di jalan Allah SWT
menentang dan mengusir penjajah Belanda maupun Jepang dengan pengorbanan harta
benda, jiwa dan raganya.
b)
Peranan
Organisasi Islam dan Pondok Pesantren pada masa Perang Kemerdekaan
Sejak awal Islam
masuk ke Indonesia dan pada masa perkembangan selanjutnya, ulama Islam
menempatkan pendidikan sebagai tugas utama. Wujud kongkrit pendidikan adalah
pesantren dan muridnya disebut santri. Tempat pendidikannya ada yang menyatu
dengan masjid dan ada juga yang secara khusus dibangun biasanya dekat masjid.
Melalui
pesantren ulama mendidik santri mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan terutama
mengenai ilmu agama. Disini diajarkan tentang keimanan, ibadah, Al Qur’an,
akhlak, Syariah, muamalah dan tarikh. Selain itu ditanamkan pengertian hak dan
kewajiban kaum muslimin sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial
serta perjuangan untuk memperoleh hak kemerdekaan yang telah dirampas oleh kaum
penjajah.
Santri yang
belajar di pesantren datang dari berbagai suku dab daerah. Setelah mereka
selesai belajar, umumnya mereka kembali ke daerah asalnya kemudian mereka
mendirikan lagi pesantren dan mengajarkan agama di daerahnya masing-masing,
sehingga tersebarlah pesantren dan pendidikan agama ke seluruh pelosok tanah
air. Pesantren sebagai tempat mendidik generasi muda muslim, para santri
dididik dan dipersiapkan untuk menjadi kader umat dan pemimpin masyarakat.
Belanda
mengetahui keadaan dan perkembangan pesantren, kemudian mengawasi kegiatan
pondok pesantren, karena tempat itu dianggap sebagai tempat pembinaan kader
umat yang akan menentang kekuasaannya.
Hubungan dan
jalinan santri, ulama/Kyai dan masyarakat kaum muslimin sangat kuat, mereka
bersama-sama menghadapi penjajah, namun usaha itu banyak mengalami kegagalan
karena belum tertibnya organisasi dan masih lemahnya persatuan dan kesatuan
bangsa.
Kaum muslimin
menyadari bahwa perjuangan tnpa dihimpun dalam suatu organisasi yang baik akan
mengalami kesulitan dan kegagalan. Setelah putra-putri kaum muslimin banyak
memperoleh pendidikan di luar negri, di Eropa dan Timur Tengah serta
meningkatkan peranan pendidikan di pondok pesantren, timbullah kesadaran mereka
untuk membuat perkumpulan organisasi yang modern yang berciri khas keagamaan.
Organisasi
Keagamaan tersebut, yaitu:
1)
Syarikat
Dagang Islam
Syarikat Dagang
Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri pada tahun 1905
dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus
Salim. perkumpulan ini berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup
bangsa ndonesia, terutama dalam dunia perniagaan.
2)
Jam’iatul
Khair
Berdiri pada
tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang pertama di pulau Jawa.
Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.
3)
Al-
Irsyad
Al Irsyad adalah
organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh para pedagang dan ulama
keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad Sorkali.
4)
Perserikatan
Ulama
Gerakan modernis
Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul Halim dan berpusat di
Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui keberadaannya oleh Belanda tahun
1917 dan bergerak dibidang ekonomi dan sosial, seperti mendirikan panti asuhan
yatim piatu pada tahun 1930 M.
5)
Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18
November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330.
Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi gerakan Islam yang bergerak
dalam bidang sosial dan pendidikan.
6)
Nahdatul
Ulama
Didirikan pada
bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari yang bertujuan membangkitkan
semangat para ulama Indonesia dengan cara meningkatkan dakwah dan pendidikan
karena saat itu Belanda melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang
bernafaskan Islam seperti Pesantren.
Para Kyai dan
santri juga mendirikan organisasi bersenjata untuk melawan penjajahan Belanda
yaitu Hizbullah dan gerakan-gerakan kepanduan Islam.
Organisasi tersebut
mendidik, membina dan melatih generasi muda muslim mengenal berbagai
pengetahuan dan semangat perjuangan, dalam menentang penjajahan.
Hasil tempaan
dan pendidikan disini menumbuhkan semangat juang sehingga lahirlah tokoh-tokoh
perjuangan kemerdekaan
Ø HOS Cokroaminoto
Ø K.H. Ahmad Dahlan
Ø K.H Hasyim Asy’ari dan lain-lain.
3.
Masa
Pembangunan
a) Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Setelah merdeka,
bebas dari kungkungan kaum penjajah, kaum muslimin secara bertahap mengisi
kemerdekaan itu dengan pembangunan disegala bidang, pembangunan fisik material
berupa perbaikan sarana transportasi, pertanian, perumahan dan perekonomian,
sehingga pembangunan fisik material secara bertahap makin lama makin meningkat.
Pembangunan bidang mental seperti meningkatkan pemahaman, penghayatan dan
pengamalan ajaran agama, meningkatkan pendidikan, mengembangkan kehidupan dan
sosial kemasyarakatan yang aman tertib dan rukun juga dilaksanakan.
Kaum muslimin
selalu membangun dan mengisi kemerdekaan itu dengan menselaraskan pembangunan
materiil dan spirituil dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat,
adil dan makmur. Kaum muslimin bersama segenap anggota bangsa Indonesia lainnya
kini mengatur dan memerintah bangsanya sendiri. Pemerintahan dilaksanakan
dengan cara yang demokratis. Keamanan, ketertiban dan kesejahteraan sosial
terus diupayakan dan ditegakkan. Demikian juga persatuan dan kesatuan bangsa,
sehingga terwujudlah negara yang aman, adil dan makmur dengan penuh limpahan
rahmat dan ridha Allah SWT, sesuai dengan cita-cita kemerdekaan yang dituangkan
dalam UUD 1945.
b) Peranan Organisasi Islam dalam Masa
Pembangunan
Organisasi Islam
yang sejak zaman penjajah selalu membina dan mendidik umat dengan berbagai ilmu
pengetahuan dan mengembangkan semangat perjuangan menentang penjajah, maka
setelah merdeka usaha itu pada dasarnya tetap terus dikembangkan dan
ditingkatkan lebih baik. Sikap menentang penjajahan dialihkan dan diganti
dengan sikap giat, semangat dan etos kerja untuk mencapai ketinggian ilmu
pengetahuan dan tekhnologi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan mengisi
pembangunan bangsa.
Dalam rangka
ikut serta meningkatkan pengetahuan, kecerdasan dan kualitas masyarakat
telah diupayakan melalui pendidikan pada jalur sekolah. Didirikanlah oleh
organisasi-organisasi Islam berbagai lembaga pendidikan dari jenjang pendidikan
dasar seperti SD, SMP, pendidikan menengah seperti SMA dan pendidikan tinggi
seperti Universitas dan Institut yang tersebar diseluruh daerah. Diantara
oragnisasi Islam yang giat dalam bidang pendidikan dan kemasyarakatan ialah
Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Al-Washliyah, Al-Irsyad,
Djamiat Khair, GUPPI, PUI, Al-Khairat, ICMI dan lain-lain.
c) Peranan Para Individu Muslim dalam
Pembangunan
Organisasi Islam
yang berperan dalam pembangunan Nasional bukan hanya mereka yang tergabung
dalam organisasi. Banyak orang Islam secara pribadi baik sebagai dokter, dosen,
pejabat negara, wakil rakyat di DPR, pengusaha, Cendikiawan, petani, guru,
pengrajin, dan lain-lain mereka semuanya melakukan kegiatan dengan
sungguh-sungguh sesuai dengan profesi dan keahliannya masing-masing. Tanpa terikat
dengan organisasi keagamaan, mereka menyumbangkan dharma baktinya kepada nusa
dan bangsa. Memang menjadi umat Islam tidak harus menjadi anggota organisasi
atau partai Islam. Menurut Al Qur’an orang Islam yang baik adalah yang paling
bertakwa, yang beriman kepada Allah dan beramal shaleh, dimanapun mereka
berada.
d) Peranan Lembaga Pendidikan dalam Masa
Pembangunan
Lembaga
pendidikan Islam dalam kegiatannya lebih menekankan pembinaan, peningkatan ilmu
pengetahuan dan kecerdasan masyarakat melalui pendidikan pada jalur sekolah dan
luar sekolah.
Peningkatan ilmu
pengetahuan dan peningkatan kualitas yang melalui jalur pendidikan sekolah
biasanya terdiri dari pendidikan sekolah umum, seperti SD, SMP, SMA dan
Perguruan Tinggi dan Madrasah seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah,
Madrasah Aliyah dan perguruan tinggi agama seperti IAIN
Melalui
pendidikan ini secara bertahap ilmu pengetahuan bertambah meningkat dan Sumber
Daya Manusia lebih berkualitas. Dengan meningkatnya kualitas masyarakat maka
hasil kerja masyarakatpun semakin meningkat. Dengan demikian meningkatnya hasil
umat melalui jalur luar sekolah, antara lain dilaksanakan melalui pengajian,
Taman Bacaan Al Qur’an, kursus-kursus ilmu keagamaan dan pembinaan di
Masjid-Masjid.
Demikanlah
betapa besar peranan kelembagaan pendidikan Islam dalam pembangunan pembangunan
bangsa erat kaitannya dengan sumber daya manusianya sebagai pelaksana
pembangunan itu sendiri.
E.
Manfaat yang dapat
diambil dari sejarah perkembangan Islam di Indonesia
1. Mengetahui dan memahami sejarah
perkembangan Islam di Indonesia
2. Mengetahui dan memahami perkembangan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
3. Menjadi cermin untuk memacu kehidupan
yang lebih baik
4. Mempelajari sejarah agar dapat melakukan
perubahan yang lebih baik
5. Menghargai kerja keras para pahlawan
bangsa
6. Kehadiran para pedagang Islam yang telah
berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi Nusantara turut memberikan
nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada
di nusantara ini.
7. Hasil karya para ulama yang berupa buku
sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
8.
Kita
dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti berikut
Ø
Menjadikan
masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
Ø
Mampu
membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur
hingga ke seluruh pelosok Nusantara.
Ø
Mampu
memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama,
baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
Ø
Seorang
ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku yang
penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi
berikutnya.
Ø Para ulama dan umara bersatu padu
mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak sebanding.
F.
Hikmah perkembangan
Islam di Indonesia
Setelah memahami
bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang khas dan
memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah,
diantaranya sebagai berikut:
Ø Islam membawa ajaran yang berisi
kedamaian.
Ø Penyebar ajaran Islam di Indonesia
adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
Ø
Terjadi
akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap
memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar
dalam Islam.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ø Masuknya
Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke
Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut
sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada
masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
Ø Perkembangan
Islam di Indonesia terbagi menjadi beberapa wilayah diantaranya yaitu Sumatera,
Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku
Ø Para ulama
awal yang menyebarkan Islam di Indonesia di antaranya yaitu; Hamzah Fansuri,
Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari, Syaikh Abdussamad Al-Palimbani, Syaikh
Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani dan wali songo (Maulana Malik Ibrahim,
Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan
Drajat, Sunan Kudus dan Sunan Muria).
Ø Sedangkan
masuknya islam di Indonesia menurut uka tjandrasasmita dilakukan dengan enam
saluran yaitu: Saluran perdagangan, Saluran perkawinan, Saluran tasawuf,
Saluran pendidikan, Saluran kesenian, dan Saluran politik. Dari keenam saluran
di ataslah islam bisa menjangkau hampir ke seluruh pelosok Indonesia yang salah
satu pengaruhnya diakui sebagai kebudayaan Indonesia sendiri sampai sekarang
seperti Pengaruh bahasa dan nama, Pengaruh adat-istiadat, Pengaruh kesenian.
B.
Saran
Islam adalah
agama yang damai. Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun
penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai
dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Maka dari itu melalui makalah ini
kita di ajarkan untuk dapat berdamai dengan orang-orang disekitar kita.
Hindarilah segala pertengkaran yang dapat merusak hubungan silaturrahmi kita.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://kafeilmu.com/tema/hikmah-perkembangan-islam-di-indonesia.html
·
nurilblog.blogspot.com/.../sejarah-masuknya-islam-di
indonesia
·
www.slideshare.net/.../perkembangan-islam-di-indonesia
·
amifta45.blogspot.com/.../proses-penyebaran-islam-di-indonesia
·
sejarah11-jt.blogspot.com/.../proses-awal-penyebaran-islam-di-indonesia
·
eljannahraheem.blogspot.com/.../peranan-umat-islam-indonesia
0 Response to "Makalah Perkembangan Islam Di indonesia"
Post a Comment